Pentingnya Kemampuan Adaptasi Diri di Masa Pandemi Covid-19
Meski kasus Covid-19 terkesan tengah melandai namun masyarakat harus tetap sadar bahwa pandemi belum selesai.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adaptasi diri di masa pandemi Covid-19 penting dilakukan.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) M. Adib Khumaidi menyatakan saat ini pandemi di Indonesia tengah berada dalam fase relaksasi.
Meski kasus Covid-19 terkesan melandai namun masyarakat harus tetap sadar bahwa pandemi belum selesai.
Ada beberapa upaya pengendalian pandemi tetap dapat dilakukan dalam fase relaksasi.
Diantaranya tetap disiplin protokol kesehatan untuk mencegah penularan,
percepatan vaksinasi, serta membiasakan diri beradaptasi dengan perilaku baru.
“Yang penting dipahami masyarakat adalah kesadaran dan deteksi diri,” ujar Adib dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN yang digelar virtual, Selasa (2/11/2021),
Baca juga: IDI Dorong Peran Tokoh dan Pejabat Pemerintah Rampungkan Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama
Awareness (kesadaran) dan self assessment (deteksi diri) adalah bagian dari upaya kesehatan sosial yang berdampingan sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan mental.
“Bila kita ingin menjaga keluarga maka mulai dari diri kita dulu. Keluarga ikut, maka kita dapat turut melindungi masyarakat," jelas dr Adib.
Kemudian saat kesadaran sudah muncul maka fungsi pengawasan internal tumbuh dalam tiap individu.
Di sinilah terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk beradaptasi terhadap Covid-19.
“Adaptasi kebiasaan baru termasuk dengan menghindari hal-hal yang memungkinkan kita terpapar,” tambah Adib.
Ia menyatakan kunci penanganan pandemi ada di masyarakat.
Masyarakat harus menjadi garda terdepan agar dapat menjalankan fungsi skrining komunitas dan triase komunitas.
"Masyarakat jangan lengah, tetap jaga protokol kesehatan. Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Sampaikan ke semua pihak, pandemi belum selesai. Bila ada gejala Covid-19, segera lapor,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi, Falla Adinda juga menyoroti pentingnya kemampuan setiap individu untuk menilai diri sendiri (self assessment) sebagai upaya melindungi diri dari risiko terpapar virus di masa pandemi.
“Semakin tinggi jam terbang kita dalam pandemi, akan semakin baik pula kemampuan kita menilai situasi sekitar,” kata Falla yang juga seorang dokter ini.
Seperti menjauhi tempat yang berpotensi adanya penularan atau menilai kapan aman untuk membuka masker.
Selain itu, Falla menegaskan salah satu pemicu pertambahan kasus adalah
peningkatan mobilitas.
Pemerintah ujarnya, juga telah meniadakan cuti dalam Nataru untuk mencegah mobilitas yang berlebihan.
“Energi euforia akhir tahun bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih aman. Kita harus waspada bahwa pandemi masih ada, potensi kenaikan kasus selalu ada. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, terutama mulai dari diri sendiri untuk mencegah penularan,” ungkap Falla.
Selain menjaga kesehatan fisik, upaya mempertahankan kesehatan mental juga sangat pentingdalam situasi sulit seperti pandemi.
Co Founder/Director Pijar Psikologi, Regis Machdy menjelaskan gangguan kesehatan mental secara umum juga depresi meningkat hampir 6 persen selama pandemi, dengan beragam alasan seperti kehilangan pekerjaan, kerabat, atau kehidupan yang berubah total.
Karena itu, pihaknya berupaya memberikan edukasi dan ruang yang aman bagi masyarakat untuk berkonsultasi serta bercerita terkait kesehatan mental.
Regis menekankan pentingnya memiliki pola pikir optimis sebagai manusia.
"Kita telah menghadapi bermacam cobaan, sehingga kita pasti dapat selamat," kata Regis.