Pentingnya Pemeriksaan Mata Mulai Usia 40 Tahun untuk Cegah Kebutaan Akibat Degenarasi Makula
penting melakukan pemeriksaan mata minimal sekali dalam setahun, terutama ketika mulai menginjak usia 40 tahu.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mata menjadi organ vital untuk beragam aktivitas. Bayangkan saja, jika memiliki hobi membaca atau menulis namun tiba-tiba terjadi gangguan penglihatan tentu akan merepotkan.
Untuk itu, penting melakukan pemeriksaan mata minimal sekali dalam setahun, terutama ketika mulai menginjak usia 40 tahun.
Baca juga: Tips Aman Membersihkan Abu Vulkanik di Rumah dan Mobil: Gunakan Masker hingga Kacamata Pelindung
Baca juga: Manfaatkan JKN-KIS, Pria Asal Riau Ini Bisa Operasi Katarak Gratis
Serta perlu dideteksi berbagai gangguan mata degeneratif termasuk AMD.
Degenerasi macula terkait usia atau Age-related macular degeneration/AMD yang mudah dijumpai, khususnya bagi populasi lanjut usia di Indonesia.
AMD biasanya terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun, tetapi dapat terjadi lebih awal.
Jika tidak ditangani tepat dan teratur, maka AMD akan berat. Terutama, penderita AMD basah (wet AMD), penderitanya bisa mengalami komplikasi hingga kebutaan.
Dokter Spesialis Mata Konsultan RSCM Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K) menuturkan,
kerusakan pada bagian sentral retina
atau makula ini yang menyebabkan kehilangan penglihatan sentral.
Terjadi gangguan penglihatan mulai dari distorsi bentuk atau penglihatan buram
"Pasien akan kehilangan kemampuan melihat detail halus, sulit membaca, menulis, bahkan tak dapat melihat wajah
orang di hadapannya," ujar Dokter Gita dalam kegiatan virtual World Sight Day 2021 yang diselenggarakan Bayer dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) beberapa waktu lalu.
Ada dua tipe AMD yakni AMD tipe kering dan AMD tipe basah.
Namun, untuk AMD tipe basah banyak ditemukan pada ras Asia.
Obati Sedini Mungkin
Pada tahap awal, AMD biasanya tidak bergejala namun menimbulkan keluhan seperti garis lurus menjadi melengkung
(metamorfopsia), penglihatan buram, penglihatan tengah mata berwana hitam
(skotoma), distorsi penglihatan kronis, penglihatan mendadak terhalang, serta hilangnya penglihatan sentral.
Meski demikian, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat dr. M. Sidik, Sp.M(K), menyatakan, AMD merupakan salah satu penyakit mata yang perlu mendapatkan pengobatan sedini mungkin.
Masyarakat harus diingatkan akan pentingnya kesehatan mata, yang berdampak pada pendidikan, pekerjaan,
kualitas hidup, hingga kemiskinan.
Semua orang mendapatkan akses layanan mata tanpa pengecualian (“everyone counts”), termasuk populasi lanjut usia (lansia).
"Gangguan penglihatan dan kebutaan akibat AMD sangat menurunkan kualitas hidup lansia, yang sebetulnya perlu tetap aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. Gangguan terjadi secara perlahan dan progresif, sehingga memerlukan pemantauan ketat, serta kontrol dokter
dan pengobatan berkala," ujarnya.
Walaupun situasi pandemi Covid-19 memang menyulitkan, pasien AMD khususnya, tetap harus memiliki semangat dan tidak takut untuk ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan sehingga tidak terjadi kondisi pengelihatan yang memburuk.
Untuk mendukung upaya yang dilakukan oleh PERDAMI dalam meningkatkan kepedulian terhadap AMD.
Bayer berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien dan keluarganya melalui penelitian
dan pengembangan inovasi pengobatan untuk penyakit, termasuk penyakit Degenarasi Makula terkait Usia tipe basah (wet AMD).
"Kolaborasi dengan PERDAMI untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasien dan keluarganya
merupakan langkah penting dalam menangani penyakit AMD, yang memengaruhi kehidupan dari segala lini, seperti kualitas hidup hingga beban ekonomi masyarakat," ungkap Head of Medical Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso.
Faktor Risiko AMD
Diketahui, sekitar 10 persen hingga 15 perse orang dengan AMD kering,
penyakitnya akan berkembang menjadi AMD basah.
AMD basah sering berkembang
dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan kehilangan daya lihat yang sangat signifikan.
Pada dasarnya faktor risiko utama dari AMD adalah usia. Namun beberapa faktor lain seperti faktor genetik dan merokok, juga bisa meningkatkan risiko AMD.
Pengobatan AMD
Terkait pengobatan Dr. Gitalisa menambahkan, AMD kering biasanya tidak mengakibatkan kehilangan penglihatan total, dan saat ini belum ada pengobatan yang efektif.
Namun terapi pada AMD basah telah mengalami perkembangan pesat dalam dua dekade terakhir, salah satu obat adalah Aflibercept yang dapatnmenghambat faktor pertumbuhan endotel antivaskular (vascular endothelial growth factor atau VEGF).
Terapi dengan Aflibercept dilakukan
dengan cara suntikan ke dalam bola mata (intravitreal), dapat memperlambat pertumbuhan pembuluh darah abnormal dan mencegah kerusakan makula lebih lanjut, sehingga mencegah kebutaan.
Saat ini, pengobatan memang terhalang dengan ketakutan masyarakat untuk berkunjung ke rumah sakit di masa pandemi Covid-19.
Padahal, layanan terhadap pasien AMD di Indonesia, khususnya AMD tipe basah, sudah dilakukan dengan baik. Pasien tidak perlu khawatir, karena tentu rumah sakit sudah menjalankan protokol yang ketat. Oleh karena itu, seluruh masyarakat termasuk lansia, perlu melakukan pemeriksaan mata secara berkala.