Kasus Covid-19 Naik, Nakes Kembali Dibayangi Ancaman Burnout Syndrome
Studi literatur terbaru yang dipublikasikan di The Indonesian Journal of Community and Occupational Medicine (IJCOM) menunjukkan, potensi risiko keseh
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Studi literatur terbaru yang dipublikasikan di The Indonesian Journal of Community and Occupational Medicine (IJCOM) menunjukkan, potensi risiko kesehatan dan burnout pada tenaga kesehatan bisa menjadi ancaman.
Menurut Peneliti Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK bersama dr. Muchtar yang melakukan studi literatur pada akhir 2021 menyebutkan, jika beberapa studi kasus dan penelitian berbasis klinis fasilitas kesehatan di beberapa negara pada saat puncak pandemi menunjukkan pemantapan ketahanan nakes dapat membantu mempercepat suatu negara melewati puncak pandemi.
"Aspek yang tidak boleh terlewatkan pandemi saat ini yaitu dukungan psikologis pada ketahanan nakes. Selain tentu saja penting bagi manajemen melakukan riset hazard analysis dan intervensi pendukung lainnya" ujar Founder dan Chairman Health Collaborative Center Dr Ray Wagiu Basrowi dalam keterangannya, Sabtu (5/2/2022).
Rekomendasi dari studi literatur ini adalah terus mengoptimalkan ketahanan tenaga kesehatan dengan melakukan pembagian tugas yang efisien untuk mengurangi beban kerja.
Terutama mengutamakan prioritas pada kebutuhan safety. Aspek psikososial di pusat kesehatan bisa dilakukan diantaranya dengan melakukan intervensi psikologis oleh tenaga terlatih atau konselor mental health.
Baca juga: Apa Itu Burnout? Berikut Perbedaannya dengan Stres, Tanda-tandanya, dan Cara Mengatasi
"Langkah ini terbukti efektif dilakukan oleh sejumlah negara. Selain itu, pemerintah dan manajemen juga harus memastikan dukungan health and safety yang memadai selama pandemi terutama memasuki gelombang ketiga ini,” tambah praktisi kedokteran komunitas yang sering memberi edukasi melalui akun Instagram @ray.w.basrowi.
Ray menjelaskan, telemedisin jadi pilihan untuk kasus tidak gawat, kritis, mendesak.
Menurutnya, telemedisin bisa menjadi media untuk monitor dan screening awal agar kondisi tidak memburuk sebelum dirujuk ke rumah sakit, karena bila kondisi sudah kritis beban rumah sakit juga akan bertambah.
“Mitigasi bahaya psikososial di faskes (terutama rumah sakit) yang paling penting adalah jaminan keamanan bekerja bagi nakes selama pandemi. Semua alat perlindungan diri, intervensi hidrasi dan nutrisi harus dipenuhi agar nakes fokus pada penanganan medis tanpa khawatir tertular dari pasien,” ungkap staf pengajar program magister FKUI ini.
Perlunya melakukan re-assessment atau penilaian kembali skala prioritas kerja, jadwal dan potensi kesenjangan dukungan fasilitas, serta mitigasi bahaya psikososial baik di tingkat individu maupun organisasi.
Ancaman berat bagi tenaga kesehatan yang kewalahan dalam menangani pasien adalah adalah burnout syndrome. Nakes yang mengalami burnout syndrome derajat sedang dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja nya sehingga bisa berbahaya buat dirinya dan pasien juga.
Perlu diperhatikan aspek work shift balance sehingga nakes tidak bekerja melebihi waktu normal.
Memberikan dukungan kesehatan mental bagi nakes juga sangat diperlukan. Dengan adanya pemberian nutrisi dan hidrasi yang baik dan berkesinambungan dapat meningkatkan ketahanan nakes selama puncak pandemi.