Tanaman Herbal Tak Boleh Asal Konsumsi, Bisa Timbulkan Efek Buruk, Simak Tips Pakar Obat UGM
Namun jangan asal komsumsi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi tanaman-tanaman obat tersebut.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia dikenal sebagai negara tropis dengan limpahan beragam flora.
Banyak flora yang kemudian dijadikan obat atau yang sering dikenal dengan tanaman herbal.
Seperti tanaman Tempuyung, atau dengan nama latin-nya Sonchus arvensis, berguna sebagai obat batu ginjal; lalu ada tanaman Mimba (Azadirachta indica) sebagai obat diabetes; tanaman Purwoceng (Pimpinella pruatjan) untuk meningkatkan gairah seksual; tanaman Pegagan (Centella asiatica) untuk menghambat penuaan, dan lain sebagainya.
Namun jangan asal komsumsi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi tanaman-tanaman obat tersebut.
Berikut tips dan trik dari pakar obat herbal Fakultas Farmasi UGM, Dr. Djoko Santosa, M. Si yang dikutip dari laman UGM.ac.id, Kamis (10/2/2022).
Pertama, pastikan kebenaran dari bahan.
Ketika memanfaatkan tanaman herbal adalah memastikan kebenaran tanaman yang hendak dikonsumsi, apakah tanaman tersebut adalah tanaman yang dimaksud atau hanya mirip saja.
Baca juga: 9 Obat Medis dan Obat Herbal yang Bisa Bantu Pasien Omicron Menjalani Isoman di Rumah
Dr. Djoko Santosa menuturkan bahwa kepastian pada kebenaran bahan sangatlah penting. Sebab, jika salah bahan maka pertama khasiat yang diharapkan tidak didapatkan; atau kemungkinan kedua, tanaman yang dikonsumsi malah dapat memberikan efek buruk pada tubuh.
Misalnya, saat mengonsumsi Lempuyang Wangi untuk menurunkan kolesterol, tapi salah identifikasi dan mengonsumsi Lempuyang Gajah maka akan kegemukan. Jadi, efeknya bisa berkebalikan. Kedua tanaman itu satu keluarga tanaman yang sangat dekat sekali atau mirip.
“Jadi, yang pertama adalah memastikan betulnya bahan. Kalau tidak betul maka bisa jadi masalah” tutur Dr. Djoko Santosa.
Kedua, perhatikan waktu panen yang tepat
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam memanen tanaman-tanaman herbal tersebut.
Pasalnya, waktu panen dapat memengaruhi khasiat dari tanaman-tanaman tersebut.
“Kalau yang dikonsumsi adalah daun dari tanaman herbal tersebut, maka daun itu mestinya dipanen ketika sudah mekar sempurna. Sehingga lebih baik kalau dipanen itu pagi hari. Daun sirih hijau atau daun teh cocok dipanen dipagi hari. Tapi ada pengecualian, contohnya adalah daun cengkeh. Daun cengkeh itu seharusnya dipanen malah setelah dia gugur. Sebab, kandungan Metil Eugenol-nya (akan) sangat tinggi sekali (setelah dia gugur),” jelasnya.
Ketiga, perhatikan cara pengelolaannya.
Terakhir, pengelolaan tanaman-tanaman herbal tersebut juga harus diolah dengan tepat. Dalam cara pengirisan misalnya, pengirisan menggunakan pisau sebaiknya mengikuti arah dari serat yang bakal diiris.
Jika tidak, khasiat dari obat herbal tersebut bisa mengalami penurunan.
Pakar obat herbal lainnya, Dr. Ika Puspita Sari, S.Si., M.Si., Apt. menuturkan bahwa Fakultas Farmasi UGM membuka layanan konsultasi gratis kepada masyarakat untuk diajarkan menggunakan obat herbal secara tepat.
Masyarakat dipersilakan untuk menghubungi unit pengabdian masyarakat Fakultas Farmasi UGM.
“Kami dari Fakultas Farmasi UGM memiliki unit pengabdian masyarakat, warga masyarakat nanti ingin untuk diajari terkait pemanfaatan tanaman obat yang benar, silakan bisa kontak ke Fakultas Farmasi UGM. Kami akan memberikan pembimbingan tanpa dipungut biaya,” tutur Dr. Ika Puspita Sari.