Satu dari 10 Orang di Dunia adalah Pasien Ginjal Kronik
Sekretaris Jenderal KPCDI Petrus Haryanto menjelaskan penyakit gagal ginjal dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Satu dari 10 orang di dunia tercatat sebagai pasien ginjal kronik (PGK).
PGK juga menjadi satu penyakit penyumbang kematian terbesar di dunia.
Sayangnya 9 dari 10 orang tersebut terlambat menyadari hal itu.
Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) Tony Richard Samosir menjelaskan, mereka yang tidak mengetahui telah mengalami gagal ginjal karena minimnya literasi dan edukasi tentang bahaya dan tanda-tanda terkena sakit ginjal.
"Ini tentu menjadi persoalan besar di dunia dan segera harus diselesaikan," kata Toni beberapa waktu lalu.
Tahun ini peringatan World Kidney Day (WKD) mengambil tema ‘Ginjal Sehat untuk Semua: Menjembatani Kesenjangan Pengetahuan untuk Kesehatan Ginjal yang Lebih Baik’.
PGK juga memiliki dampak pada kehidupan sosial seperti keterbatasan bekerja, bepergian, pendidikan, keuangan, diet yang terbatas, perubahan gaya hidup dan aktivitas sosial yang akan berakibat pada rendahnya kualitas kesehatan pasien karena merasa dirinya tidak berguna.
Diperlukan upaya pendekatan komunikasi dan edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, membangun kekuatan strategi dan upaya mengelola stres sehingga berguna ketika mengalami kesulitan dan trauma saat memulai tindakan dialisis.
Baca juga: Lima Upaya Agar Pasien Gagal Ginjal Dapat Menjaga Kualitas Hidup
Selain itu dibutuhkan dorongan semua stakeholder untuk memastikan tidak ada diskriminasi, dan kesenjangan dalam sistem pelayanan kesehatan juga perlu diidentifikasi, sehingga semua pasien diberi kesempatan untuk bersuara.
"Akses informasi dialisis yang baik juga akan memberikan rasa nyaman bagi pasien. Di mana di saat pandemi sekarang masih banyak pasien ginjal kronik yang mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak-pihak tertentu," ungkapnya.
Misalnya banyak pasien ginjal kronik yang menderita Covid-19 tidak diterima oleh pihak rumah sakit untuk menjalani proses dialisis.
Sehingga menurunkan kualitas hidup dan dapat mengancam keselamatan nyawa pasien.
Kejadian ini sangat fatal karena telat melakukan dialisis atau cuci darah sama saja memperburuk kualitas kesehatan dan kematian.
Sebagaimana diketahui dialisis menjadi jalan pengganti fungsi ginjal yang sudah rusak dan tidak akan pernah kembali sehat.
"Ini sangat berbahaya karena angka mortalitas pasien ginjal kronik yang terpapar Covid-19 meningkat seiring pandemi yang tidak kunjung usai," imbuh Toni.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal KPCDI Petrus Haryanto menjelaskan penyakit gagal ginjal dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat membuat orang terhindar dari penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi–dua penyakit penyebab utama gagal ginjal, yang berujung cuci darah dan hidupnya bergantung pada mesin hemodialisis.