Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Kesehatan

Jadi Concern FDA dan BPOM, Risiko Migrasi BPA Ternyata Lebih Parah dari yang Diperkirakan

Bahaya BPA dalam kemasan makanan juga menjadi perhatian khusus para tokoh kesehatan di Amerika Serikat.

Penulis: Nurfina Fitri Melina
Editor: Bardjan
zoom-in Jadi Concern FDA dan BPOM, Risiko Migrasi BPA Ternyata Lebih Parah dari yang Diperkirakan
Shutterstock
Ilustrasi mengonsumsi air dari galon guna ulang. 

TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini beredar informasi terkait kandungan Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) polikarbonat yang digunakan secara berulang dapat berdampak buruk bagi kesehatan tengah jadi perhatian masyarakat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah berinisiatif menyusun draft Rancangan Peraturan Badan POM tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan POM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

Dalam penyusunannya, BPOM menggunakan berbagai kajian scientific based/policy brief yang meliputi kajian keamanan BPA, kajian dampak ekonomi kesehatan, kajian dampak lingkungan hidup, dan kajian dampak sosial.

Hal ini menjadi upaya BPOM untuk terus bersinergi dengan stakeholder, mulai dari pakar dan akademisi dari perguruan tinggi, perwakilan kementerian/lembaga terkait, asosiasi pelaku usaha, organisasi masyarakat konsumen dan laboratorium.

Sinergi penyusunan regulasi BPA pada AMDK ini bertujuan meningkatkan pengawasan pangan olahan demi melindungi kesehatan masyarakat serta menjamin perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab.

Terkait isu BPA ini, European Food Safety Authority (EFSA) juga tengah menaruh perhatian yang sama dan telah melakukan evaluasi ulang risiko BPA terhadap kandungan BPA pada produk pangan.

Temuan baru dari panel ahli yang diadakan European Food Safety Authority (EFSA) menunjukkan, efek berbahaya dari paparan BPA ternyata dapat terjadi 100.000 kali lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Berita Rekomendasi

EFSA Panel kemudian mengusulkan penurunan asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) untuk BPA sebesar 0,04 nanogram/kg BB/hari atau 100.000 kali lebih kecil dibandingkan dengan TDI yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 4 mikrogram per kilogram berat badan (µg/kg BB/hari).

Migrasi BPA punya "kecenderungan yang mengkhawatirkan"

Risiko yang sama terkait migrasi BPA ini juga ditemukan dari hasil uji post-market yang dilakukan BPOM selama periode 2021-2022 dengan sampel yang diambil dari seluruh Indonesia.

Pada 30 Januari 2022, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang, mengungkapkan pihaknya menemukan "sejumlah kecenderungan mengkhawatirkan" terkait migrasi BPA pada galon guna ulang berbahan polikarbonat.

Menurut data yang diterima Tribunnews, hasil pengujian migrasi BPA dari 102 sampel dari sarana distribusi dan 93 sampel dari sarana produksi, sebanyak 25,81 persen sampel galon baru merupakan sampel yang perlu perhatian (migrasi BPA 0,05 - 0,6 mg/kg) yang diperoleh di sarana produksi.

Sementara itu, ditemukan sebanyak 38,24 persen sampel merupakan sampel yang perlu perhatian (migrasi BPA 0,05-0,6 mg/kg) yang diperoleh di peredaran, serta 1,96 persen sampel tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA (di atas 0,6 mg/kg) yang diperoleh di peredaran.

Dari data tersebut dapat disimpulkan, migrasi BPA yang menyumbang kandungan BPA pada produk pangan ternyata sudah terjadi sejak awal pada kemasan galon baru kosong. Karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian bagi produsen kemasan.

Sementara itu, hasil pengujian kandungan BPA dalam AMDK dari 95 sampel sarana distribusi dan peredaran menunjukan, sebanyak 5,71 persen sampel galon baru merupakan sampel yang berisiko terhadap kesehatan (kandungan BPA di atas 0,01 mg/kg) yang diperoleh di sarana produksi.

Sebanyak 11,58 persen sampel merupakan sampel yang berisiko terhadap kesehatan (kandungan BPA di atas 0,01 mg/kg) yang diperoleh di peredaran.

Dengan begitu, kandungan BPA pada produk pangan sudah terjadi sejak awal di sarana produksi. Maka itu, penting bagi produsen AMDK untuk memastikan penggunaan galon yang berkualitas dan memperhatikan proses pencucian galon guna ulang perlu jadi perhatian

Terakhir, data yang tak kalah mengkhawatirkan menunjukan paparan BPA pada kelompok rentan bayi usia 6-11 bulan berisiko 2,4 kali dan anak usia 1-3 tahun berisiko 2,12 kali dibandingkan kelompok dewasa (usia 30-64 tahun).

Jadi perhatian mendesak di AS

Selain di Indonesia, bahaya BPA dalam kemasan makanan juga menjadi perhatian khusus para tokoh kesehatan di Amerika Serikat.

Dikutip dari Food Safety News, koalisi dokter, ilmuwan, dan organisasi kesehatan masyarakat dan lingkungan mengirim petisi resmi ke Food and Drug Administration (FDA) dan meminta badan tersebut untuk mengurangi paparan bisphenol A (BPA) kemasan plastik yang bersentuhan dengan makanan.

Disebutkan, temuan baru dari panel ahli yang diadakan European Food Safety Authority (EFSA) menunjukkan adanya efek berbahaya dari paparan BPA dan dapat terjadi pada tingkat 100.000 kali lebih rendah dari yang diperkirakanm

Selain itu, tingkat keamanannya pun ternyata lebih dari 5.000 kali di bawah apa yang FDA klaim sebagai paparan aman bagi masyarakat Amerika Serikat.

“Mengingat data baru ini menunjukkan risiko kesehatan yang signifikan terkait dengan BPA, sangat penting bahwa FDA menetapkan batas maksimum BPA dalam makanan yang aman bagi konsumen,” kata Michael Hansen, ilmuwan senior di Consumer Reports.

Michael juga menyebutkan dampak buruk BPA pada konsumen. “Paparan konstan yang dimiliki konsumen terhadap BPA dalam makanan dapat menimbulkan dampak serius dan meningkatkan kemungkinan hasil yang berbahaya, seperti membatasi perkembangan otak pada anak-anak dan berdampak negatif pada kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi tingkat tersebut ke tingkat yang dapat diterima,” lanjutnya.

Tanpa ragu, Consumer Reports–organisasi nonprofit yang mengabdi untuk masyarakat dan koalisi lainnya mendukung kesimpulan bahwa penggunaan BPA tidak aman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas