Prof Zubairi: Ganja untuk Keperluan Medis Bisa Jadi Pilihan, Tapi Belum Sepenuhnya Aman
Mencuatnya kembali isu penggunaan ganja untuk medis juga menyita perhatian dari kalangan dokter.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
"Yang jelas, saat pengobatan, pasien tidak boleh mengemudi. Kemudian THC & CBD ini tidak boleh dipakai sama sekali perempuan hamil & menyusui," ungkap dokter di RS Kramat Jati ini.
Sejauh ini, para ilmuwan tidak punya cukup bukti untuk menyatakan konsumsi dengan cara tertentu lebih aman dari yang lain. Merokok ganja tentu merusak paru dan sistem kardiovaskular layaknya tembakau.
Vaping ganja mengandung tetrahydrocannabinol (THC) berkaitan dengan cedera paru-paru bahkan kematian.
Ganja untuk Celebral Palsy, Ampuhkah?
Bagaimana dengan mengobati Celebral Palsy?
Menurut Prof Zubairi , studi penggunaan THC dan CBD pada Celebral Palsy, memang ada.
Baca juga: Ampuhkah Ganja untuk Pengobatan Cerebral Palsy?
Namun tingkat manfaatnya masih rendah.
Sebab itu, perlu ada pembahasan khusus untuk bisa membantu pasien Celebral Palsy.
"Jadi harus benar-benar menimbang, apakah ganja lebih aman daripada obat lain yang akan resepkan. Bagaimana kemungkinan interaksi obat, apakah justru memperburuk kecemasan, atau berpotensi menyebabkan gangguan psikotik dan banyak hal," ujar Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) ini.
Prof Zubairi pun mengingatkan, setiap obat yang ada memiliki potensi efek samping, beberapa serius, termasuk ganja medis yang harus diminimalkan.
Ketepatan dosis ini krusial untuk menjaga kondisi pasien sehingga mendapatkan efek obat yang dituju.