Ketahui Perbedaan Kemoterapi dan Radioterapi bagi Pasien Kanker
Kemoterapi merupakan metode memasukkan obat ke dalam pembuluh darah sehingga obat tersebut bisa beredar ke seluruh tubuh dan mematikan sel tumor.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Secara substansial kemoterapi dan radioterapi memiliki perbedaan.
Dijelaskan Dokter speasialis Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dr. Ericko Ekaputra, Sp.Onk Rad, kemoterapi merupakan metode memasukkan obat ke dalam pembuluh darah sehingga obat tersebut bisa beredar ke seluruh tubuh dan mematikan sel tumor.
Sementara radioterapi adalah treatment regional, jadi yang menjadi target adalah tumor, bekas tumor, dan regionalnya atau area di sekitar tumor.
"Di tempat dimana menurut kita ada kemungkinan untuk penyebaran tumor, Jadi, untuk efek sampingnya juga localize,” ujar Ericko dalam kegiatan virtual.
Meski demikian, bukan berarti seluruh tumor bisa di treatment dengan radioterapi karena masih bisa berpegang erat dengan evidende based medicine penelitian-penelitian tumor mana saja yang radiosensitif dan tumor mana saja yang radioresisten.
“Radioterapi ini berbeda pada setiap tumor, akan berbeda dimana dia masuknya. Pada kanker serviks stadium B1 kebawah, treatment of choice-nya adalah operasi, karena secara evidence based lebih baik operasi. Tapi stadium B2 ke atas, itu treatment of choice-nya adalah radioterapi karena secara evidence based treatment pada kanker stadium itu lebih baik dilakukan radioterapi daripada operasi dalam five years survival-nya. Jadi, kita tidak bisa judge radioterapi untuk semua kanker,” papar Ericko.
Baca juga: Mengobati Kanker Tiroid dengan Metode Terapi Nuklir
Adapaun proses radioterapi diawali dengan pasien yang berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi radiasi untuk melakukan indikasinya (Bisa tidak untuk dilakukan treatment radioterapi atau tidak).
Apabila terdapat indikasi radiasi, dokter akan meneruskan untuk melakukan CT simulator.
“Jadi, kita akan planning bagaimana radiasinya, mana bagian yang akan kita targeting. Setelah targetnya bagus, setelah hitam di atas putih pasien dikatakan aman dari radiasi, maka radiasi bisa berjalan,” papar Ericko.
Radioterapi biasanya untul treatment pada kasus-kasus tumor, terutama pada tumor ganas walaupun ada juga beberapa tumor jinak.
“Jadi, kita menggunakan sinar pengion, yaitu sinar yang bisa merubah struktur molekul dengan energi yang sangat tinggi. Apabila dibandingkan dengan energi x-ray dari rontgen thorax atau CT scan, itu bisa hampir dua ribu kali lipatnya. Jadi, energinya memang sangat tinggi sekali,” papar Ericko.
Radio terapi sendiri menurut Ericko sudah ada sejak dulu, pada tahun 1940-1950 sudah mulai dikenal sebagai tiga modalitas utama dalam tatalaksana kanker.
“Jadi, kalau zaman dahulu modalitas kanker itu sendiri-sendiri, tapi ketika jaman beranjak evidence based medicine semakin baik lagi, kita itu saling bekerja sama antarmodalitas. Modalitas surgery dengan modalitas kemoterapi, dengan modalitas radioterapi, sekarang punya perannya masing-masing dalam menatalaksana kanker,” ujarnya.