Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Temuan Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Pakar Epidemiologi Minta Tiga Hal Ini Dilakukan

Kementerian Kesehatan mengumumkan ada satu orang pasien terkonfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Temuan Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Pakar Epidemiologi Minta Tiga Hal Ini Dilakukan
Dokumentasi pribadi
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Kesehatan mengumumkan ada satu orang pasien terkonfirmasi cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Penemuan kasus ini menurut pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman perlu melakukan beberapa langkah. 

Pertama, kontak treasing harus segera dilakukan.

Dicky pun menyarankan harus melakukan treasing dengan mencari tahu dengan siapa pasien Monkeypox melakukan kontak fisik selama tiga minggu terakhir. 

"Memang tidak mudah, tapi bisa kalau betul betul menggali. Sekali lagi sambil dibangun literasi, jangan terbangun stigma. Ini bukan hanya penyakit yang menyerang orientasi seksual tertentu seperti gay atau pekerja seks saja. Tapi bisa ke masyarakat umum," tegasnya. 

Langkah kedua adalah lakukan survelens yang bukan hanya pada kelompok rawan. Namun juga pada fasilitas kesehatan seperti dokter penyakit kulit, kelamin, dalam, klinik, dan sebagainya. Ini harus menjadi sumber data survelens terkait monkeypox.

Berita Rekomendasi

"Ini harus ditingkatkan survelensnya. Baik itu dari praktisi kesehatan swasta maupun dari klinik dan rumah sakit. Mayoritas di negara lain, data survelens itu dari faskes. Selain testing, tracing, dengan isolasi karantina, tiga minggu lamanya," papar Dicky lagi. 

Lalu yang ketiga harus mempersiapkan vaksin.

Meski menurut Dicky tidak perlu banyak, tapi harus siap. Selain itu juga harus disiapkan dengan obat-obatan terkait.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet di Indonesia Terkonfirmasi, Komisi IX DPR Minta Publik Tak Panik

"Bangun untuk tidak menstigma kelompok, bangun kewaspadaan dan tidak perlu panik. Tapi sadari dengan globalisasi wajar penyakit wabah masuk. Lalu pikiran bagaimana untuk meresponnya," tegas Dicky. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas