Apa Itu ARV? Ini Gunanya untuk Penderita HIV, Bisa Memperlambat Perkembangan Virus
Berikut ini pengertian tentang ARV, obat yang bisa digunakan penderita HIV dapat memperlambat perkembangan virus.
Penulis: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Simak apa itu ARV dalam artikel berikut ini.
Human immunodeficiency virus atau HIV akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Hal tersebut berhubungan dengan kasus HIV yang tengah menerpa Kota Bandung.
Sebanyak 410 kasus HIV baru telah ditemukan di Kota Bandung.
Lalu, apa hubungannya HIV dengan obat ARV?
Apakah obat ARV bisa menghentikan HIV di tubuh manusia?
Baca juga: Dinkes Jabar Catat 3.744 Kasus HIV/AIDS, Angka Cenderung Naik Tiap Tahunnya
Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV.
Akan tetapi, terdapat obat yang dapat memperlambat perkembangan virus HIV di dalam tubuh manusia.
Obat tersebut, adalah menggunakan terapi ARV.
ARV adalah kombinasi obat dari antiretroviral (ART).
ARV pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1997.
Baca juga: Gejala HIV/AIDS, Mulai dari Stadium 1 hingga Stadium 4
Dikutip dari Kompas.com, meski sudah masuk ke Indonesia, ARV baru diberikan secara gratis oleh pemerintah pada tahun 2014.
Sebelum ada ARV, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi oportunistik atau HIV berat umumnya hanya mampu bertahan hidup selama 6 bulan hingga 2 tahun.
Manfaat ARV terhadap penderita HIV mulai terlihat.
ODHA yang mendapatkan terapi ARV dalam keadaan sehat, produktif, hingga berkeluarga.
Dikutip dari laman resmi WHO, pengidap HIV yang mengonsumsi ART secara teratur, risiko penularan melalui seksual dapat berkurang hingga 96 persen.
Baca juga: Gejala HIV/AIDS: Gejala Awal HIV Mirip Flu, Dapat Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh
Lewat studi inilah, WHO merekomendasikan penderita HIV harus mendapatkan ART agar memperpanjang harapan hidup dan mengurangi penularan virus ini.
Apa Saja Gejala HIV?
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, kebanyakan orang yang terinfeksi HIV mengalami penyakit singkat seperti flu yang terjadi 2-6 minggu setelah infeksi.
Setelah itu, HIV mungkin tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
Diperkirakan hingga 80 persen orang yang terinfeksi HIV mengalami penyakit mirip flu ini.
Baca juga: Cara Mencegah HIV/AIDS: Hindari Narkoba, Teratur Tes HIV-IMS dan Konsultasi ke Dokter
Berikut gejala umum penderita HIV:
- Peningkatan suhu (demam);
- Sakit tenggorokan;
- Ruam tubuh.
Lalu, gejala lainnya dapat meliputi:
- Kelelahan;
- Nyeri sendi;
- Nyeri otot;
- Kelenjar bengkak.
Baca juga: 9 Fakta HIV AIDS: Cara Penularan, Gejala, hingga 3 Stadium Infeksi
Gejala tersebut biasanya berlangsung 1-2 minggu, tapi bisa lebih lama.
Setelah gejala awal HIV hilang, kemungkinan penderita tidak mengalami gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
Selama itulah virus HIV terus aktif dan menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
Setelah sistem kekebalan rusak, penderita HIV akan mengalami seperti berikut ini:
- Penurunan berat badan;
- Diare kronis;
- Keringat malam;
- Masalah kulit;
- Infeksi berulang;
- Penyakit serius yang mengancam jiwa.
(Tribunnews.com/Whiesa/Nuryanti) (Kompas.com/Mela Arnani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.