Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Fenomena Sleepover Date di Tengah Anak Muda, Begini Pandangan Psikolog 

Sebutan 'sleepover date' saat ini ramai diperbincangkan di media sosial. Istilah tersebut mengacu pada aktivitas menginap bersama pacar.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Fenomena Sleepover Date di Tengah Anak Muda, Begini Pandangan Psikolog 
Tangkapan layar YouTube Intens Investigasi
Psikolog Joice Manurung. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebutan 'sleepover date' saat ini ramai diperbincangkan di media sosial. Istilah tersebut mengacu pada aktivitas menginap bersama pacar.

Istilah tersebut banyak dirujuk pada aktivitas seks. Terkait hal ini, Psikolog & Grafolog Joice Manurung mengatakan, sleepover date hanya sebuah istilah baru. Sedangkan konteks perilaku sudah lama ada di dalam kehidupan. 

Bukan hanya di negara barat, tapi di Indonesia sendiri, perilaku ini bukanlah hal yang baru. 

"Kalau menurut saya hal ini bukan fenomena baru. Hanya pertukaran istilah saja," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (15/9/2022). 

Sebelum ini, ia pun mengingatkan fenomena Friend With Benefit (FWB). Menurutnya konsep yang ditunjukkan serupa. Lantas kenapa istilah sleepover date ini muncul?

Menurut Joice hal ini adanya stimulasi. Konsep pada istilah ini bukan hal baru, bedanya kini muncul di permukaan. 

Berita Rekomendasi

"Jadi misalnya, ada peristiwa di tengah anak muda. Sehingga memunculkan satu judul baru mereka, dalam tanda kutip bisa mentoleransi perilaku ke arah hubungan seksual tanpa disahkan oleh institusi (perkawinan)," paparnya lagi. 

Baca juga: Muncul Istilah Sleepover Date, Dokter Boyke Ingatkan Rawan Tertular HIV dan Kanker Serviks

Terkait munculnya istilah sleepover date ini, dampak yang ditimbulkan dari individu menurut Joice tidak dapat dipukul sama rata. Karena, prinsip setiap individu berbeda. 

Tidak semua anak muda setuju dengan prinsip sleepover date. Ada anak muda yang menolaknya. Sehingga, dampak tiap individu kembali lagi pada nilai yang dianut oleh orang tersebut. 

Artinya kalau sistim ini dianggap tidak apa-apa, atau wajar saja berarti dia tidak merasa ada kendala, hambatan untuk melakukan itu. Karena tidak bertentangan dengan sistim nilainya. 

Baca juga: Riza Syah Cerita Awal Pertemuannya dengan Lyodra hingga Putuskkan Pacaran

Apa lagi pada anak muda yang menganut prinsip melakukan hubungan seksual harus dilandasi pernikahan. Sehingga perilaku sleepover bisa mengganggu kenyamanan hidupnya. 

"Kenyamanan ini bisa memengaruhi perpesi diri terhadap keutuhan dirinya. Misal, berupa kesucian dan penghargaan atas dirinya, dan barangkali mengarah bagaimana nilai dirinya di mata diri sendiri," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas