Mengenal Leukemia, Penyakit Kanker Sel Darah Putih yang Paling Sering Dialami Anak-anak
Ada banyak jenis leukemia, beberapa diantaranya lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan bentuk lainnya mayoritas terjadi pada orang dewasa.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit leukemia merupakan kanker jaringan pembentuk darah pada tubuh, termasuk sumsum tulang dan sistem limfatik yang paling banyak diderita oleh kelompok anak-anak.
Data dari Global Burden of Cancer (Globocan) pada 2018, kasus baru leukemia pada anak laki-laki berusia 0 hingga 19 tahun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 33,5 persen dari semua jenis kanker pada anak, sedangkan anak perempuan diprediksi mencapai 31 persen.
Ada banyak jenis leukemia, beberapa diantaranya lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan bentuk lainnya dari leukemia mayoritas terjadi pada orang dewasa.
Leukemia biasanya melibatkan sel darah putih, sel darah ini adalah penangkal infeksi yang ampuh dan biasanya tumbuh serta membelah secara teratur, sesuai kebutuhan tubuh anda.
Namun pada penderita leukemia, sumsum tulang menghasilkan sel darah putih abnormal dalam jumlah berlebihan, sehingga tidak berfungsi secara baik.
Perawatan untuk penderita leukemia ini sebenarnya bisa menjadi kompleks tergantung pada jenis leukemia dan faktor lainnya.
Namun ada strategi yang dapat membantu penderita leukemia agar perawatannya berhasil. Apa saja gejala yang muncul pada penderita leukemia?
Dikutip dari www.mayoclinic.org, Jumat (7/10/2022), gejala leukemia itu bervariasi, tergantung pada jenis leukemia yang diderita.
Baca juga: Mengenal Leukemia Granulositik Kronik
Namun tanda dan gejala leukemia yang umum ditemukan, meliputi demam atau merasa kedinginan, kelelahan terus menerus, fisik mulai melemah, infeksi yang sering atau parah.
Lalu berat badan menurun, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati atau limpa, tubuh mudah berdarah atau memar.
Baca juga: Waspadai Gejala Leukemia pada Anak, Seperti yang Pernah Dialami Putri Denada
Penderita juga bisa mengalami mimisan berulang, terdapat bintik-bintik merah kecil pada kulit (petechiae), keringat berlebihan terutama pada malam hari dan nyeri pada tulang.
Kapan harus ke dokter?
Anda bisa membuat janji untuk bertemu dengan dokter jika memiliki tanda atau gejala persisten yang mengkhawatirkan.
Gejala leukemia seringkali tidak terlihat jelas dan tidak spesifik, anda bahkan bisa saja mengabaikan gejala awal leukemia karena mungkin menyerupai gejala flu dan penyakit umum lainnya.
Baca juga: Di Indonesia, Akurasi Diagnosis Leukemia pada Anak Masih Rendah, Dokter Ungkap Alasannya
Terkadang leukemia ditemukan selama tes darah untuk beberapa kondisi lain.
Penyebab seseorang bisa menderita leukemia
Hingga saat ini para ilmuwan belum memahami penyebab pasti mengapa seseorang bisa terkena leukemia.
Namun tampaknya penyakit ini berkembang dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Bagaimana leukemia bisa terbentuk?
Secara umum, leukemia diperkirakan terjadi saat beberapa sel darah memperoleh perubahan (mutasi) dalam materi genetik atau DNA mereka.
DNA sel berisi instruksi yang memberitahu sel apa yang harus ditumbuhkan.
Biasanya, DNA memberitahu sel untuk tumbuh pada kecepatan yang ditentukan dan mati pada waktu yang ditentukan.
Pada penderita leukemia, mutasi memberitahu sel darah untuk terus tumbuh dan membelah.
Saat ini terjadi, produksi sel darah tentu menjadi tidak terkendali, dan seiring waktu, sel-sel abnormal ini dapat menekan sel darah sehat di sumsum tulang, menyebabkan lebih sedikit sel darah putih, sel darah merah dan trombosit yang sehat, sehingga menyebabkan munculnya tanda dan gejala leukemia.
Dokter mengklasifikasikan leukemia berdasarkan kecepatan perkembangannya dan jenis sel yang terlibat.
Jenis klasifikasi pertama adalah dengan seberapa cepat leukemia berkembang, yakni:
1. Leukemia akut.
Pada leukemia akut, sel darah abnormal adalah sel darah yang belum matang (blast).
Mereka tidak dapat menjalankan fungsi normalnya dan berkembang biak secara cepat, sehingga penyakitnya memburuk dengan cepat.
Baca juga: Kisah Sejati, Reni 8 Tahun Berjuang Obati Penyakit Leukemia Anaknya Hingga Sembuh
Leukemia akut membutuhkan perawatan yang agresif dan tepat waktu.
2. Leukemia kronis
Ada banyak jenis leukemia kronis, beberapa diantaranya menghasilkan terlalu banyak sel dan yang lainnya menyebabkan terlalu sedikit sel yang akan diproduksi.
Leukemia kronis melibatkan sel darah yang lebih matang, sel-sel darah ini bereplikasi atau menumpuk lebih lambat dan dapat berfungsi secara normal untuk jangka waktu tertentu.
Beberapa bentuk leukemia kronis pada awalnya tidak menimbulkan gejala awal dan dapat luput dari perhatian atau tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun.
Jenis klasifikasi kedua adalah berdasarkan jenis sel darah putih yang terkena, yakni:
1. Leukemia limfositik.
Jenis leukemia ini mempengaruhi sel-sel limfoid (limfosit), yang membentuk jaringan limfoid atau limfatik.
Jaringan limfatik inilah yang membentuk sistem kekebalan anda.
2. Leukemia myelogenous
Jenis leukemia ini mempengaruhi sel-sel myeloid, sel ini menimbulkan sel darah merah, sel darah putih dan sel penghasil trombosit.
Jenis-jenis leukemia
1. Leukemia limfositik akut (ALL)
Leukemia ini adalah jenis leukemia yang paling umum ditemukan pada anak kecil. Kendati banyak ditemukan pada anak-anak, ALL juga dapat terjadi pada orang dewasa.
2. Leukemia myelogenous akut (AML).
AML adalah jenis leukemia yang umum, ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. AML adalah jenis leukemia akut yang paling umum terjadi pada orang dewasa.
3. Leukemia limfositik kronis (CLL)
Dengan CLL, yang merupakan leukemia dewasa kronis yang paling umum, anda mungkin akan merasa sehat selama bertahun-tahun tanpa memerlukan perawatan.
4. Leukemia myelogenous kronis (CML)
Jenis leukemia ini terutama menyerang orang dewasa, seseorang dengan CML mungkin memiliki sedikit atau tanpa gejala selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum memasuki fase di mana sel-sel leukemia tumbuh lebih cepat.
Sedangkan jenis leukemia lainnya yang lebih jarang ada, termasuk leukemia sel berbulu, sindrom mielodisplastik dan gangguan mieloproliferatif.
Faktor-faktor risiko leukemia
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko anda terkena beberapa jenis leukemia, meliputi:
- Pengobatan kanker sebelumnya
Orang yang pernah menjalani beberapa jenis kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker lain, memiliki peningkatan risiko dalam mengembangkan jenis leukemia tertentu.
- Kelainan genetik
Kelainan genetik tampaknya berperan dalam perkembangan leukemia. Karena kelainan genetik tertentu, seperti Down Syndrome, dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia.
- Paparan bahan kimia tertentu
Paparan bahan kimia tertentu, seperti benzena yang ditemukan dalam bensin dan digunakan oleh industri kimia, terkait dengan peningkatan risiko beberapa jenis leukemia.
- Merokok
Merokok meningkatkan risiko Leukemia Myelogenous akut.
- Riwayat keluarga dengan leukemia
Jika anggota keluarga anda telah didiagnosis menderita leukemia, risiko penyakit ini tentu dapat meningkat.