Jaga Kesehatan Mental dengan Tingkatkan Kualitas Tidur
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa membagikan tips menjaga kesehatan mental dengan memiliki kualitas tidur yang baik.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikoterapis Dr Jiemi Ardian, Sp.KJ membagikan tips menjaga kesehatan mental dengan memiliki kualitas tidur yang baik.
Dokter yang saat ini berpraktik di Rumah Sakit Siloam Bogor ini menuturkan, cara menjaga kesehatan jiwa adalah dengan back to basic.
Baca juga: Gangguan Kesehatan Mental Meningkat di Indonesia, Kemenkes Akui Jumlah Psikiater Belum Mumpuni
Makan dengan gizi seimbang, terhubung, berolahraga, dan tidur dengan kualitas yang baik.
“Oleh karena itu, penting untuk menjaga sleep hygiene intinya adalah menjaga kebiasaan tidur yang baik,” kata Dr. Jiemi dalam kegiatan konten terbarunya.
Untuk menjaga kualitas tidur yang baik, dokter yang aktif memberikan edukasi mental melalui konten-kontennya di Instagram menyarankan untuk menggunakan Sukha Sleep Aromatherapy Spray yang berguna untuk membantu memberikan kualitas tidur yang baik.
Dengan formula dari bahan-bahan khusus yang telah dikaji serta aroma khas seperti sweet aromatic floral.
Sukha Sleep Aromatherapy Spray mampu mengurangi kecemasan, menenangkan, serta meningkatkan slow-wave sleep.
Baca juga: Stigma Negatif Masyarakat Bikin Penderita Gangguan Kesehatan Mental Termarjinalkan
Karena bukan obat tidur ataupun bius, efek Sukha Sleep Aromatherapy Spray tidak bisa dirasakan secara instan tetapi lebih aman menjadi alternatif terapi tanpa menimbulkan ketergantungan.
“Ini bukan obat sebenarnya, ini digunakan untuk menjaga kualitas tidur supaya tetap baik dan nyaman.” Jelas Dr. Jiemi Ardian.
Spray bisa didapatkan dengan mudah karena telah tersedia di Halodoc maupun e-commerce lain.
Diketahui, angka masalah kesehatan mental di Indonesia terus mengalami peningkatan dan hal ini menjadi sangat ironis ditengah perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober.
Masalah kesehatan jiwa telah menjadi masalah yang serius dan belum terselesaikan hingga saat ini di Indonesia.
Dimana banyak pola hidup masyarakat yang mengalami perubahan selama pandemi maupun pasca pandemi sekarang ini.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 telah menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun mengalami permasalahan mental emosional.
Baca juga: Kemenkes: Masyarakat masih Minim Literasi Soal Gangguan Kesehatan Mental
Tak hanya itu saja, lebih dari 12 juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun juga mengalami depresi.
Sementara di tahun 2022 sekarang ini, masalah kesehatan mental disebut masih sangat mengkhawatirkan dengan dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Emotional Health For All (EHFA).
Dimana angka bunuh diri di Indonesia meningkat empat kali lipat dari angka yang sebelumnya dilaporkan.
Salah satu penyebab kurang efektifnya penanganan masalah kesehatan mental di Indonesia adalah jumlah psikolog dan psikiater yang tidak cukup berimbang, jika dibandingkan dengan jumlah populasi penduduk.
Baca juga: KDRT hingga Dampaknya pada Kesehatan Mental, Ini Kata dr Boyke
Stigma yang telah melekat di masyarakat juga menjadi salah satu faktor masih minimnya kesadaran masyarakat Indonesia terkait kesehatan mental.
Tak hanya itu saja, faktor lain yang membuat masalah kesehatan mental di Indonesia memprihatinkan adalah karena masih tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa.
Saat ini, prevalensi orang dengan gangguan jiwa di Indonesia adalah sekitar 1 dari 5 penduduk, yang mana artinya 20 persen dari total populasi penduduk di Indonesia memiliki potensi terkena masalah gangguan kesehatan mental.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.