Pasien Gangguan Ginjal Akut yang Datang ke RSCM Tidak Memiliki Komorbid
Pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal yang datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tidak ada yang memiliki penyakit penyerta komorbid
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal yang datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tidak ada yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti pada konferensi pers, Kamis (20/10/2022).
Baca juga: Pasien Gangguan Ginjal Akut Sudah Tidak Bisa Buang Air Kecil Saat Dirujuk ke RSCM
Selain itu, Lies menjelaskan jika pasien yang datang juga sebelumnya tidak pernah memiliki riwayat penyakit ginjal.
"Menurut cerita orang tuanya bahwa mereka sebenarnya tidak apa-apa, bukan anak penyakitan atau punya komorbid, ini tidak ada," kata Lies di RSCM, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022).
Sejak Januari 2022 hingga Kamis (20/10/2022) terdapat 49 pasien gagal ginjal akut misterius yang mendapatkan perawatan di RSCM.
Tercatat pasien termuda yang diterima oleh RSCM adalah usia 8 bulan.
Baca juga: Kemenkes Bakal Kaji Status KLB pada Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia
Sedangkan yang tertua adalah 8 tahun.
Di sisi lain, Lies mengatakan, angka kematian pasien gagal ginjal akut misterius tersebut mencapai 63 persen dari 49 pasien yang masuk.
Jadi yang hidup, yang pulang cuma tujuh orang, saat ini ada 11 orang yang sedang menjalani perawatan,”kata Lies.
Pasien Gangguan Ginjal Akut Sudah Tidak Bisa Buang Air Kecil Saat Dirujuk ke RSCM
Lies Dina Liastuti juga menjelaskan ungkap pasien gangguan ginjal akut yang dirujuk ke RSCM sudah dalam keadaan tidak buang air kecil.
"Saat datang sudah (dalam kondisi) lanjut semua, tidak bisa kencing," ungkapnya pada konferensi pers di RSCM, Jakarta pusat, Kamis (20/10/2022).
Menurut Lies, saat tubuh tidak lagi mengeluarkan urin, maka ginjal berhenti berfungsi.
Baca juga: Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak: Penurunan Volume Buang Air Kecil hingga Warna Urine Berubah
Situasi ini harus segera diatasi agar tubuh bisa mengeluarkan sampah metabolisme lewat urin.
Sehingga tidak menyimpan bahan berbahaya dalam tubuh.
Lebih lanjut, Lies menginformasikan pasien didominasi oleh balita.
Untuk yang termuda berusia 8 bulan, sedangkan tertua berumur 8 tahun.
Selain itu, menurut keterangan dari para orangtua, pasien yang datang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta.
Selain tidak dapat buang air kecil, ada gejala lain yang muncul dari pasien.
"Mereka sebelumnya ada demam. Lalu ada gejala diare, batuk, pilek, dan saluran pernafasan. Semuanya sudah ke dokter sebelumnya, jadi mereka sudah diobati di tempat sebelumnya," papar Lies.