Viral Permainan Lato-lato Memakan Korban, Kemenkes Buka Suara
Muncul pesan berantai di media whatApps soal permainan lato-lato yang mengakibatkan seorang bocah mengalami kebutaan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Muncul pesan berantai di media whatApps soal permainan lato-lato yang mengakibatkan seorang bocah mengalami kebutaan.
"Assalamualaikum . . Rekan2. . . mau saling mengingatkan, yg pada punya anak main lato-lato, hrs di awasi . , ini temen ponakan SD kelas 3 main lato2 kena bola mata pecah akhirnya di angkat dan mata buta sebelah," tulis pesan tersebut yang dilihat Tribunnews.com, Senin (9/1/2023).
Baca juga: Fakta Lato-lato Memakan Korban di Kalbar: Mata Bocah Terkena Serpihan dan Berujung Dioperasi
Meski belum diketahui pasti kapan dan tempat terjadinya peristiwa tersebut, dilaporkan permainan lato-lato telah memakan korban.
Dikutip dari Tribun Pontianak, seorang anak berusia 8 tahun di Kubu Raya harus menjalani operasi mata setelah bermain Lato-lato.
Kejadiab itu dikarenakan lato-lato yang dimainkan pecah dan serpihannya menancap di mata.
Baca juga: Kondisi Bocah 8 Tahun di Kubu Raya yang Jadi Korban Lato-lato yang Sampai Jalani Operasi Mata
Ayah korban, AJ, mengatakan anaknya pulang dengan mata merah seusai main lato-lato di rumah kawannya. Mulanya sang anak tak mau menceritakan kenapa matanya bisa terluka.
"Saya bujuk akhirnya dia cerita. Jadi pada saat main, lato-latonya pecah terus serpihannya tertancap di matanya,” ujar AJ, Sabtu (7/1).
Kemenkes Buka Suara
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) pun buka suara.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengimbau, agar kecelakaan tersebut tidak lagi terjadi.
Baca juga: 2 Daerah yang Siswa Dilarang Bawa Lato-lato ke Sekolah, Pesisir Barat Lampung dan Bandung Barat
Orangtua perlu mengawasi secara seksama saat anak bermain permainan lawas itu.
Menurutnya, kejadian tersebut disebabkan karena kecelakaan.
Sehingga tidak diwajibkan lapor kepada Kemenkes.
"Bisa terjadi karena cedera seperti kecelakaan. Tapi tidak ada kewajiban lapor Ke Kemenkes alias tidak ada penelusuran layaknya penyakit atau kasus jajanan," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Senin (9/1/2023) .
Diketahui, Lato-lato sendiri sudah ada sejak tahun 1960-an. Di Amerika mainan ini disebut Clackers.
Dilansir dari Wikipedia Clackers yang juga ada di Kanada itu menyebabkan anak-anak yang terluka saat bermain.
Clacker dibuat cukup berat dan bergerak cepat, dan terbuat dari plastik akrilik keras, sehingga bola kadang-kadang pecah saat saling bertabrakan.
Baca juga: Kondisi Bocah 8 Tahun di Kubu Raya yang Jadi Korban Lato-lato yang Sampai Jalani Operasi Mata
Versi Clackers yang didesain ulang menikmati kebangkitan di tahun 1990-an.
Desain baru menggunakan plastik modern yang tidak akan pecah dan dua segitiga berlawanan yang berayun bebas yang dipasang pada pegangan, dengan bola pemberat di ujungnya.
Mereka sering dijual dalam warna neon cerah sebagai mainan anak pembuat kebisingan atau bantuan pesta.
Pada 2017, bentuk asli mainan itu dihidupkan kembali di Mesir dan mendapat publisitas di kalangan anak sekolah.