Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Waspadai Campak, Jika Tulari Anak Bergizi Buurk Bisa Komplikasi dan Picu Penyakit Berat

Komplikasi campak umumnya berat jika mengenai anak dengan gizi buruk. Penyakit berat akan menjadi komplikasi campak.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Waspadai Campak, Jika Tulari Anak Bergizi Buurk Bisa Komplikasi dan Picu Penyakit Berat
Richard Susilo
Seorang korban yang terkena campak 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi.

Dampaknya dapat menyebabkan diare berat hingga kematian.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengungkapkan komplikasi campak umumnya berat jika mengenai anak dengan gizi buruk.

Baca juga: Benarkah Mandi dan Kena Angin Perburuk Kondisi Penderita Campak? IDAI Beri Penjelasan

Anak yang alami gizi buruk bisa langsung disertai komplikasi.

"Seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,” ungkap dr Prima pada laman resmi Kementerian Kesehatan dikutip Tribunnews, Selasa (24/1/2023).

Secara umum, gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair.

Berita Rekomendasi

Lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit.

Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal.

Baca juga: Diberikan Tiga Kali Dosis, Kapan Sebaiknya Anak Imunisasi Campak?

Campak ini disebabkan oleh virus campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung.

Dan campak ini salah satu penyakit yang sangat menular.

Tim medis dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang bersama Kader Posyandu Wijaya Kusuma RW 06 Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, memberikan layanan kesehatan pada pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Senin (1/8/2022). Pemkot Tangerang,  mulai mencanangkan program BIAN secara bertahap selama satu bulan dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat agar anak mereka sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya, selain itu untuk mengejar cakupan imunisasi yang menurun signifikan akibat pandemi serta ada pemberian imunisasi tambahan seperti campak, rubela dan melengkapi dosis imunisasi polio,  DPT- HB- Hib,  yang terlewat. Warta Kota/Nur Ichsan
Tim medis dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang bersama Kader Posyandu Wijaya Kusuma RW 06 Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, memberikan layanan kesehatan pada pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Senin (1/8/2022). Pemkot Tangerang, mulai mencanangkan program BIAN secara bertahap selama satu bulan dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat agar anak mereka sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya, selain itu untuk mengejar cakupan imunisasi yang menurun signifikan akibat pandemi serta ada pemberian imunisasi tambahan seperti campak, rubela dan melengkapi dosis imunisasi polio, DPT- HB- Hib, yang terlewat. Warta Kota/Nur Ichsan (Warta Kota/Nur Ichsan)

Pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi.

Sehingga imunisasi sesuai jadwalnya harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari campak.

Keadaan di Indonesia 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi COVID-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi.

Baca juga: Daftar 55 Daerah di 12 Provinsi yang Tetapkan Status KLB Campak

Cakupan imunisasi terlihat turun secara signifikan karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi.

Indonesia sepanjang Tahun 2022 sudah ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB).

Suatu daerah disebut KLB kalau ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah confirm secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.

“Selama tahun 2022 yang lalu jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus – kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi,” kata dr Prima menambahkan

Jumlah kasus ini didapat selama kurun waktu 1 tahun dari Januari sampai Desember 2022.

Jika dibandingkan dengan tahun 2021 ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat.

Penyebabnya karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin.

Sehingga banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat COVID-19.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas