Produk Tembakau Alternatif Disebut Lebih Rendah Risiko, Peneliti Beberkan Hasil Kajian
Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik diklaim memiliki profil risiko hingga 90-95 persen lebih rendah dibandingkan rokok.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantong nikotin, hingga rokok elektrik, berdasarkan kajian ilmiah, memiliki profil risiko hingga 90 persen - 95 persen lebih rendah dibandingkan rokok.
Praktisi sekaligus peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Amaliya menjelaskan, produk tembakau alternatif memiliki profil risiko kesehatan yang rendah karena menerapkan sistem pemanasan.
Hasil dari pemakaian produk ini adalah berupa uap air atau aerosol, bukan asap seperti pada rokok yang dibakar. Sehingga, produk tembakau alternatif berbeda dengan rokok.
Dia menjelaskan, penerapan sistem pemanasan menurunkan risiko pada senyawa kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya.
“Dengan mengeliminasi proses pembakaran, kadar gas CO (karbon monoksida), CO2 (karbon dioksida), dan NOx (nitrogen moksida) pada produk tembakau alternatif mengalami penurunan siginifikan dibandingkan asap rokok konvensional,” ujarnya, Selasa (28/3/2023).
Dia berpendapat, produk tembakau alternatif dapat menjadi opsi bagi perokok dewasa yang memilih untuk terus menggunakan produk tembakau.
Hal ini diperkuat dengan hasil kajian ilmiah yang dilakukan YPKP bersama Skylab-Med di Yunani pada 2019 lalu. Hasil kajian ilmiah tersebut menyimpulkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki aldehid (senyawa berbahaya) yang jauh lebih rendah daripada rokok.
Amaliya menilai pentingnya melakukan studi lebih lanjut untuk fokus pada penyelidikan hasil jangka panjang, keamanan, dan efektivitas mengenai produk tembakau alternatif.
Baca juga: Riset Berbasis Ilmiah Seputar Produk Tembakau Alternatif Dinilai Masih Minim di Indonesia
“Hasil kajian ini penting untuk memvalidasi perbedaan profil risiko dan kegunaan produk tembakau alternatif yang tepat sasaran, khususnya bagi perokok dewasa,” tegasnya.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Centre for Youth and Population Research Dedek Prayudi, mengatakan, kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif di luar negeri sudah masif dilakukan sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, terutama bagi perokok dewasa.
Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk dapat melakukan lebih banyak lagi kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif secara komprehensif.
Baca juga: Dokter Ingatkan Rokok Elektrik Punya Kandungan Berbahaya Dibandingkan Rokok Konvensional
Nantinya, hasil kajian ilmiah tersebut dapat disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, khususnya perokok dewasa, utamanya untuk mengatasi misinformasi yang masih banyak terjadi.
“Minimnya informasi akurat tentang produk tembakau alternatif semestinya direspons dengan cara melakukan lebih banyak kajian ilmiah dengan melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga asosiasi. Selanjutnya, kajian tersebut dapat diadopsi sebagai kebijakan-kebijakan publik untuk mengatasi masalah merokok atau bahaya rokok di Indonesia,” kata Dedek.
Menurutnya, akses terhadap informasi yang akurat, termasuk atas hasil penelitian, harus terbuka luas, utamanya di tengah maraknya hoaks.