Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Operasi Buang Gelambir Setelah Diet, Amankah? Begini Kata Dokter

Penurunan berat badan yang ekstrem terkadang memunculkan gelambir di beberapa titik. Operasi merupakan salah satu cara hilangkan gelambir.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Operasi Buang Gelambir Setelah Diet, Amankah? Begini Kata Dokter
Tribunnews.com/yogi Gustaman
Aria Permana memperlihatkan bekas operasi pascapengangkatan gelambir kulit di lengan bawah dan atas saat ditemui di rumahnya, Karawang, Sabtu (7/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Turunnya berat badan usai melakukan diet tentu menjadi hal yang menggembirakan.

Namun, penurunan berat badan yang ekstrem terkadang memunculkan gelambir di beberapa titik.

Berbagai upaya pun dilakukan untuk menghilangkan gelambir tersebut, salah satunya lewat operasi.

Lantas amankan mantan obesitas melakukan operasi untuk pembuangan gelambir atau lemak tersebut?

Terkait hal ini, Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin Dr dr EM Yunir SpPD KEMD beri tanggapan.

Menurutnya, selama tidak ada indikasi kearah berbahaya, maka operasi boleh dilakukan.

Berita Rekomendasi

"Selama indikasinya ada tidak apa-apa, sebelum melakukan operasi," ungkapnya pada media briefing virtual, Kamis (13/7/2023).

Baca juga: Cara Makan Granola dan Manfaatnya untuk Diet

Sebelum operasi, menurut dr Yunir biasanya akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan seperti kondisi jantung, ginjal, dan organ lainnya.

"Artinya kalau semua (pemeriksaan) oke untuk melakukan tindakan, silahkan saja.
Biasanya ada batasan membuang lapisan lemak dan ada tekniknya. Jadi tidak sembarangan orang," kata dr Yunir lagi.

Tindakan ini memang cukup berisiko karena jika ada faktor penyulit seperti komplikasi.

"Mungkin ada pendarahan, kesedot organ lain, itu mesti diperhatikan saat tindakan," kata Yunir lagi.

Lebih lanjut, dr Yunir jika menyingung soal tindakan medis pemotongan atau pengikat usus.

Usus pasien dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyebabkan penyerapan makanan jadi berkurang.

"Jadi tadinya 100 persen makanan terhisap, mungkin dengan teknik ini penyerapan bisa dikurangi, sehingga pemasukkan kalori masuk dalam darah menjadi berkurang," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas