Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Tes DNA Sejak Dini Mampu Cegah Penyakit Genetik Langka

Selama ini, tes DNA menjadi solusi dalam membantu masyarakat untuk mengidentifikasi berbagai kondisi dan penyakit tertentu berdasarkan profil genetik.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tes DNA Sejak Dini Mampu Cegah Penyakit Genetik Langka
net
Ilustrasi tes DNA. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat saat ini masih memiliki pengetahuan terbatas tentang Cornelia de Lange Syndrome (CdLS), yang disalahpahami sebagai stunting atau autisme.

CdLS merupakan salah satu penyakit genetik langka yang disebabkan oleh mutasi genetik pada saat proses pembuahan di dalam kandungan. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 30.000 kelahiran.

Asa Ren, perusahaan biobank digital di Indonesia, menjalin kerja sama membangun biobank digital CdLS pertama dengan Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia, yang mendukung orang tua anak dengan penyandang CdLS.

Penandatanganan kerja sama dihadiri oleh CEO Asa Ren, Aloysius Liang, COO Asa Ren, Antony Subagia, Ketua Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia, Koko Prabu, dan aktivis Arto Biantoro.

"Menyaksikan upaya tim Asa Ren dalam membantu komunitas CdLS membuat saya terpesona. Ketekunan mereka yang tidak goyah menginspirasi saya untuk mengubah arti dari membuat perbedaan," ujar CEO Asa Ren, Aloysius Liang.

Selama ini, tes DNA menjadi solusi dalam membantu masyarakat untuk mengidentifikasi berbagai kondisi dan penyakit tertentu berdasarkan profil genetik.

Berita Rekomendasi

Tes DNA seringkali digunakan di banyak bidang kedokteran sebagai panduan untuk menemukan pengobatan yang sesuai, mendeteksi mutasi atau variasi DNA.

Asa Ren memanfaatkan teknologi genomic sequencing dan bioinformatikanya untuk membantu mendeteksi seseorang dengan kecenderungan CdLS.

"Melalui kerja sama ini, deteksi dini diharapkan dapat membantu dan memberikan dukungan tambahan bagi keluarga dari anak dengan kondisi CdLS," katanya.

Bioinformatika memiliki peran yang krusial dalam mengelola dan menganalisis data biologis yang dihasilkan oleh teknologi, seperti DNA sequencing dan digital biobank.

Digital biobank memuat informasi tentang sampel DNA, data klinis, dan data genetik yang memungkinkan para peneliti dan ahli genetika untuk mengakses dan mempelajari lebih lanjut tentang kondisi tersebut.

Sementara DNA sequencing membantu mengidentifikasi dan menganalisis variasi genetik terkait CdLS.

"Ini adalah kesempatan yang kami para orang tua telah dambakan untuk mendapatkan perhatian terhadap kelangsungan hidup para anak-anak kami," kata Ketua Yayasan Sindrom Cornelia Indonesia Koko Prabu.

Seperti diketahui, anak dengan kondisi CdLS memiliki karakteristik fisik yang khas, seperti alis yang tebal melengkung yang sering bertemu di tengah (synophrys).

Lalu malformasi tangan dan lengan, hingga keterlambatan pertumbuhan dan kognitif.

Kejang, cacat jantung, dan masalah mata juga telah dilaporkan pada orang dengan kondisi ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas