Gerakan Pilah Dari Sekarang, Ajak Masyarakat Perangi Sampah
Yayasan Wings Peduli satu di antara penggerak masyarakat kurangisampah dari hulu terintegrasi seluruh aspek pengelolaan sampah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
Peningkatan timbulan sampah hingga puluhan juta ton terjadi setiap tahun. Yayasan Wings Peduli satu di antara penggerak masyarakat kurangisampah dari hulu terintegrasi seluruh aspek pengelolaan sampah.
TRIBUNNEWS.COM - Data menuliskan, jumlah timbulan sampah mencapai 33,14 ton per tahun, sementara sebanyak 36,49 persen atau 12, 09 ton per tahun sampah tidak terkelola.
Demikian berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diakses pada 30 Juli 2023.
Data tersebut menunjukkan peningkatan tajam jumlah timbulan sampah sejak Februari 2023, saat itu timbulan sampah mencapai 18,3 juta ton per tahun.
Maka, perlu adanya gerakan untuk mengurangi sampah secara nasif, satu yang telah terlaksana adalah gerakan #PilahDariSekarang yang diinisiasi oleh Yayasan WINGS Peduli.
Dalam gerakan ini, Yayasan WINGS Peduli mengajak masyarakat menyetorkan sampah terpilah ke Bank Sampah terdekat, agar sampah plastik tidak berakhir ke lingkungan dan mencemari sekitarnya, namun terintegrasi ke pendaur.
Upaya mendorong pemilahan sampah dari tingkat terkecil masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan aksi nyata masyarakat untuk kurangi sampah plastik, yang juga sejalan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, yakni #BeatPlasticPollution.
Plastik masih menjadi sampah terbanyak yang belum dikelola secara optimal.
Di tahun 2022, dari 12,9 juta ton volume timbulan sampah di Indonesia, hampir 5 juta ton di antaranya tidak terkelola.
Jika dilihat dari komposisi jenisnya, plastik adalah jenis sampah terbanyak (18,4persen), setelah sampah organik yang dapat terurai secara alami (SIPSN: 30 Mei 2023).
Melalui #PilahDariSekarang, Yayasan WINGS Peduli mengajak masyarakat terlibat dalam tahap “Koleksi” sebagai langkah awal siklus pengelolaan sampah plastik, dengan aksi nyata yang bisa dilakukan dari rumah.
“Dalam kampanye ini, kami mengedukasi masyarakat secara langsung sebagai pelaku aktif penghasil sampah. Kami dorong mereka untuk melakukan gerakan #PilahDariSekarang dengan tiga langkah, yakni “Kenali” bahan baku sampahnya, “Pilah” berdasarkan kategorinya, dan “Setor” sampah terpilah ke Bank Sampah,” ungkap Sheila Kansil, Perwakilan Yayasan WINGS Peduli dalam keterangannya.
#PilahDariSekarang merupakan kampanye inisiatif Yayasan WINGS Peduli yang terdiri dari dua elemen.
Pertama adalah edukasi, dimana Yayasan WINGS Peduli mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah, kategorisasi sampah, hingga kemana sampah terpilah bisa disetor.
Kedua adalah kolaborasi, Yayasan WINGS Peduli bersinergi dengan berbagai pihak, mulai dari brand WINGS Group, pemerintah, organisasi lingkungan, hingga lembaga pendidikan, untuk menjangkau masyarakat di berbagai daerah di Indonesia
Pemilahan sampah dari sumber, merupakan kunci dari pengelolaan sampah berkelanjutan.
Hal ini bisa dilihat dari volume tumpukan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, yang menjadi tempat pengelolaan sampah terbesar di Indonesia sekaligus Asia Tenggara.
Hingga saat ini, terdapat 39 juta ton sampah yang telah memenuhi 80 persen kapasitasnya, dengan tambahan sampah sebanyak rerata enam ribu ton setiap harinya.
Tingginya volume sampah ini berisiko terjadinya longsor, hingga merusak infrastruktur pendukung pengelolaan sampah, jalan, serta saluran air.
Kepala Satuan Pelaksana Pemrosesan Akhir Sampah TPST Bantargebang, Setyo Margono, menyatakan, kolaborasi berbagai stakeholders sangat diperlukan untuk mengurangi sampah.
“Tantangan terbesar kami adalah membuktikan bahwa sampah bisa diolah, asalkan semua pihak menjalani perannya secara bertanggung jawab,” ujarnya.
“Apabila pemilahan sampah sudah dilakukan di sumber, yakni dari rumah tangga, volume sampah non-pilah yang berakhir di TPA bisa diminimalisir dan efektivitas pengelolaan sampah di hulu dapat meningkat.”
Oleh karena itu, Kampanye #PilahDariSekarang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ambil bagian dalam pengelolaan sampah plastik secara terpadu.
Hingga saat ini, Yayasan WINGS Peduli telah menjangkau ribuan ibu-ibu dan pelajar di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Indramayu, DKI Jakarta, dan Samarinda.
Kampanye ini merupakan lanjutan dari upaya Yayasan WINGS Peduli untuk pengelolaan sampah, termasuk di antaranya aksi bersih sungai dan laut, pembuatan Tempat Penampungan Sementara (TPS), hingga peresmian Bank Sampah di Jawa Timur dan Jakarta.
Hal ini merupakan komitmen lanjutan Yayasan WINGS Peduli untuk lingkungan yang sejalan dengan filosofi perusahaan bahwa the good things in life should be accessible for all.
Sejalan Program Pemerintah
Gerakan #PilahDariSekarang dilakukan sekaligus untuk mendukung program Pemerintah.
Pada 2030, Pemerintah menargetkan pemberhentian tempat pembuangan akhir (TPA) baru di Indonesia.
Lantas, untuk mengurangi beban TPA, pengelolaan sampah juga wajib digerakan dari hulu terintegrasi tempat pembuangan sampah 3R, bank sampah, pihak swasta dan penunjang lainnya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan, target tidak ada lagi pembangunan TPA mulai tahun 2030 bertujuan mengurangi polusi gas metana yang menyebabkan emisi gas rumah kaca.
Lanjutnya, kegiatan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan maksimal dengan melibatkan semua pihak.
”Kami terus mengajak masyarakat untuk semakin sadar terhadap persoalan sampah sehingga tidak lagi menghasilkan sampah,” katanya saat konferensi pers di Kantor KLHK, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Rosa menyatakan, pemerintah akan terus menambah TPA yang dapat mengimplementasikan metode pengelolaan sanitary landfill atau pengelolaan sampah dengan cara menimbun dan menutup sampah pada cekungan yang besar serta memanfaatkan gas metana pada 2025.
Penimbunan terbuka sampah saat ini telah menghasilkan gas metana sebagai gas rumah kaca yang lebih berbahaya ketimbang karbon dioksida.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan budaya mengelola sampah secara mandiri juga terus dilakukan.
Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dibutuhkan karena separuh dari total sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik.
”Pengelolaan sampah itu dengan dua cara, yakni pengurangan dari sumber atau pendekatan hulu dan penanganan sampah. Upaya pendekatan dari sumber ini akan terus dimaksimalkan karena di negara maju, seperti Denmark, TPA hanya menampung 6 persen sampah dan sisanya dikelola. Seharusnya Indonesia bisa melakukan hal serupa,” paparnya.
(*)