Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Membuat Babe Cabita Drop, Bisakah Disembuhkan?

Komedian Babe Cabita mengabarkan kondisi kesehatannya yang sempat drop karena idap anemia aplastik. Penyakit ini langka, bisakah sembuh?

Penulis: Anita K Wardhani
zoom-in Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Membuat Babe Cabita Drop, Bisakah Disembuhkan?
Instagram @babecabiita
Istri Babe Cabita, Zulfati Indraloka (kiri) dan Babe Cabita (kanan) - Komedian Babe Cabita mengabarkan kondisi kesehatannya yang sempat drop karena idap anemia aplastik. Penyakit ini langka, bisakah sembuh? 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komedian Babe Cabita mengabarkan kondisi kesehatannya yang sempat drop karena idap anemia aplastik.

Anemia aplastik disebut sebagai penyakit langka yang bisa membuat kesehatan menurun seperti yang dialami Babe Cabita.

Baca juga: Babe Cabita Sempat Drop karena Idap Anemia Aplastik, Bermula Dari Demam Berdarah, Kini Jaga Imun

Meski kini pemilik nama asli Priya Prayogha Pratama ini memastikan kondisi sudah pulih 100 persen, ia wajib menjaga ketahanan (imun tubuhnya) agar anemia aplastik tak membuat kondisinya drop lagi.

"Alhamdulillah udah pulih 100 persen sudah sembuh jadi sekarang tinggal kayak menjaga imun nya tetap stabil," kata Babe Cabita saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/9/2023).

Diceritakan Babe Cabita, ia telah menjalani masa pemulihan selama satu bulan ke belakang.

Lantas apakah anemia aplastik ini? Bisakah sembuh?

Penjelasan Dokter Tentang Anemia Aplastik

Ilustrasi sel darah
Ilustrasi sel darah (freepik)

Mengutip halodoc, anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang dipicu dari gagalnya sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.

Berita Rekomendasi

Anemia aplastik terjadi saat tubuh berhenti memproduksi sel darah baru dengan jumlah cukup.

Mereka yang mengalami anemia aplastik ini akan merasakn tubuh lelah dan lebih rentan terhadap infeksi dan pendarahan yang tidak terkontrol.

"Anemia aplastik termasuk kondisi langka dan serius. Selain itu, kondisi ini juga dapat berkembang pada usia berapa pun.," jelas dr. Fadhli Rizal Makarim.

Penyebab Anemia Aplastik, Bisa Genetik hingga Efek Pestisida

Tangki penyemprot beserta pestisida pembasmi hama milik korban,diidentifikasi oleh tim identififikasi Polisi Resor Trenggalek (08/02/2017).
Tangki penyemprot beserta pestisida pembasmi hama 

Ada dua jenis anemia aplastik, yaitu anemia aplastik yang muncul di umur tertentu (acquired aplastic anemia) dan anemia aplastik yang telah seseorang miliki sejak lahir (inherited aplastic anemia).

Anemia aplastik karena sebab genetik biasanya terjadi karena kerusakan gen pada anak.

Beberapa penyakit keturunan yang dapat menimbulkan anemia aplastik seperti Anemia Fanconi, Sindrom Shwachman-Diamond, Diskeratosis kongenital dan Anemia Diamond-Blackfan.
Kelainan ini biasanya terjadi pada anak-anak atau ketika usia muda.

Sedangkan, anemia aplastik yang muncul di umur tertentu biasanya terjadi pada orang dewasa seperti Babe Cabita termasuk tipe anemia aplastik terbanyak dan biasanya terkait dengan kelainan yang mengganggu sistem imun (penyakit autoimun).

  • Riwayat infeksi virus.
  • Penggunaan obat-obatan seperti kloramfenikol.
  • Riwayat infeksi seperti hepatitis.
  • Zat kimia berbahaya seperti pestisida.
  • Kehamilan.
  • Radiasi ataupun kemoterapi.

Pada beberapa kasus anemia aplastik, sifat penyakitnya adalah idiopatik yang berarti penyebabnya tidak dokter ketahui.

Gejala Anemia Aplastik, Mudah Mengantuk dan Pucat

ilustrasi mengantuk
ilustrasi mengantuk (Freepik)

Setiap jenis sel darah memiliki fungsi khusus di dalam tubuh.

Sel darah merah berfungsi utama untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sel darah putih bertugas untuk melawan infeksi dan platelet untuk mencegah perdarahan.

Keluhan yang timbul pada pengidap aplastik dapat berbeda-beda pada setiap pengidapnya tergantung pada jenis sel darah apa yang mengalami defisiensi.

Pada kondisi defisiensi sel darah merah, keluhan dapat berupa:

Mudah mengantuk, lemah dan pucat.

Pada beberapa kasus, pasien anemia aplastik ini merasakan pusing atau nyeri kepala.

Juga ada yang merasakan sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar-debar.

Pada kasus lain, demam. bisa menandakan anemia aplastik.
Mudah sakit atau mengalami infeksi berulang.

Jika jumlah platelet rendah, maka tubuh akan mengalami: mudah memar. Pendarahan, seperti mimisan atau pendarahan gusi.


Berawal Dari DBD, Tapi Demamnya Tak Kunjung Sembuh, Trombosit Babe Cabita Drop

Babe Cabita dan istrinya, Zulfati Indraloka saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/9/2023).
Babe Cabita dan istrinya, Zulfati Indraloka saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/9/2023). (TRIBUNNEWS.COM/Fauzi Nur Alamsyah)

Babe Cabita kemudian menjelaskan awal mula dirinya mengidap penyakit anemia aplastik dimana suhu badannya yang tak kunjung turun dan terindikasi demam berdarah.

"Positif DBD (Demam berdarah), terus setelah itu idealnya itu cuma beberapa saat doang demamnya. Nah ini demam nya kaga turun-turun," ungkap Babe.

"Udah gitu dokter udah curiga kalau dbd yang turun hanya trombosit kalau aku semua turun. Leukosit darah putihnya sampai nol drop, HB nya 6 terus trombosit 12 ribu," lanjutnya.

Hingga akhirnya dokter mendiagnosis Babe Cabita mengidap penyakit langka.

"Pokoknya setiap hari trombosit turun sampai terkahir 12 ribu itu. Jadi dokter bilang bukan DBD seperti ada kelainan lain," pungkasnya.


Babe Cabita Minum Obat Seumur Hidup atau Transplantasi Tulang Belakang, Bisakah Anemia Aplastik Sembuh?

Babe Cabita disarankan oleh sang dokter untuk melakukan transplantasi tulang belakang.

Lantas, bagaimana pengobatan anemia aplastik ini?

Pengobatan atau terapi pada anemia aplastik bergantung pada beratnya penyakit. Pada keadaan yang ringan, pengobatan belum perlu pengidap lakukan.

Pada keadaan yang lebih berat, ada pengobatan untuk mempertahankan jumlah sel darah ataupun memperbaiki fungsi sumsum tulang.

Baca juga: Transfusi Darah Berkali-kali, Ruben Onsu Ternyata Juga Alami Penyempitan Sumsum Tulang Belakang

Jenis pengobatan yang dapat pengidap lakukan, antara lain dokter akan memberikan terapi untuk mencegah dan mengobati infeksi, menstimulasi sumsum tulang, ataupun menekan sistem imun untuk mencegah penyakit semakin berat.

Jenis obat yang dokter berikan untuk mengobati infeksi biasanya tergantung jenis infeksi yang dialami. Antibiotik juga bisa dokter berikan kepada pengidap karena kondisi ini menurunkan imun tubuh sehingga membuat pengidapnya lebih rawan penyakit.

Babe Cabita dan istrinya, Zulfati Indraloka saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/9/2023).
Babe Cabita dan istrinya, Zulfati Indraloka saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin (4/9/2023). (TRIBUNNEWS.COM/Fauzi Nur Alamsyah)

Kemudian ada Transfusi darah yang bertujuan untuk mempertahankan jumlah sel darah yang cukup untuk mempertahankan tubuh agar tetap sehat. Selain itu, transfusi darah juga bisa mengontrol pendarahan dan mengurangi gejala dengan cara memberikan sel darah merah yang tidak tubuh pengidap produksi.

Dalam prosedur, dua komponen yang akan pengidap terima adalah sel darah merah dan platelet.

Pemberian transfusi akan pengidap terima melalui selang intravena ke pembuluh darah. Satu efek samping yang bisa terjadi setelah transfusi adalah seiring waktu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap sel darah dari hasil transfusi.

Transplantasi sumsum tulang atau penggantian sumsum tulang belakang dari pendonor yang sehat dapat berpotensi menyembuhkan anemia aplastik.

Pada prosedur ini, biasanya pasiennya adalah pengidap yang usianya masih muda dan memiliki donor yang sesuai seperti saudara kandung.

(Tribunnews.com/Anita K Wardhani/Fauzi Alamsyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas