Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Akupuntur Bisa Atasi Obesitas, Adakah Efek Sampingnya?

Penanganan komprehensif obesitas tanpa operasi juga bisa dilakukan dengan cara akupuntur. Adakah efek sampingnya.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Akupuntur Bisa Atasi Obesitas, Adakah Efek Sampingnya?
Shutterstock
Ilustrasi akupuntur. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --  Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan berbagai risiko penyakit kardiometabolik (diabetes, hipertensi, serangan jantung). 

Masyarakat pun kini mulai sadar pentingnya memiliki BB ideal.

Baca juga: Sempat Obesitas, Caca Tengker Ungkap Tahun Ini Fokus Jaga Tubuh Ideal

Untuk diketahui talaksana obesitas bersifat komprehensif.

Artinya tidak dapat mengandalkan satu jenis terapi saja. 

Tatalaksana terdiri atas perubahan gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), pemberian obat, serta pembedahan. 

Baca juga: Nikita Willy Sempat Stres Ditanyai Kapan Punya Anak, Bisa Hamil karena Rajin Akupuntur

Selain itu, dapat dilakukan body sculpting untuk menunjang bentuk tubuh yang diharapkan. 

Berita Rekomendasi

Body sculpting dapat dilakukan dengan metode tanpa pembedahan, seperti alat Radiofrekuensi, injeksi Mesoterapi, Cryolipolysis, dan HIFU. 

Tatalaksana tersebut membutuhkan pendampingan dari dokter spesialis gizi klinik karena setiap pasien memiliki kondisi klinis dan kebutuhan yang berbeda atau Tailor Made Therapy.

Penanganan komprehensif obesitas tanpa operasi juga bisa dilakukan dengan cara akupuntur.

Spesialis Akupunktur Medik Bamed dr. Srikandi Indira Putri, Sp.Ak mengatakan, peran akupunktur dalam penanganan obesitas yaitu dapat meregulasi hormon metabolik sehingga memperbaiki metabolisme tubuh.

Akupuntur ini dapat menurunkan nafsu makan dengan merangsang pusat kenyang di otak, dan akupunktur juga dapat menurunkan stres serta memperbaiki pola dan kualitas tidur.

Akupuntur1
Akupuntur1 (net)

"Modalitas akupunktur yang biasa digunakan untuk obesitas yaitu, Elektroakupunktur dan Thread Embedding Acupuncture (TEA) atau biasa dikenal dengan akupunktur tanam benang," urai dia dalam kegiatan beberapa waktu lalu.

Lantas, adakah efek samping dari terapi akupuntur?.

Ia menuturkan, pada setiap tindakan memiliki efek samping.

Seperti akupuntur, seseorang yang menjalani terkadang mengalami biru atau lebam pada area yang ditusuk jarum.

"Tapi itu akan hilang sendiri dan bukan menjadi hal yang serius bahkan ditakuti," ungkap dr Srikandi.

Karena itu, semua orang dengan obesitas bisa mengikuti terapi ini tanpa terkecuali.

"Tatalaksana serta modalitas akupunktur tersebut ditentukan oleh dokter spesialis akupunktur medik sesuai dengan kondisi klinis pasien masing-masing," ujarnya.

Sementara pada anak, obesitas juga harus ditangani secara komprehensif. 

Spesialis Anak dan Konselor Laktasi Bamed Obesitas dr. Wahyu Kusuma Wardhani SpA, M. Kes, mengatakan, obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang baik secara fisik maupun psikologis, seperti penyakit jantung, gangguan pada sistem pernafasan, Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), masalah musculoskeletal, hingga diabetes melitus.

Ikatan Dokter Anak Indonesia melaporkan pada tahun 2022 terjadi kenaikan kasus DM pada anak sebanyak 70 kali lebih banyak dari pada tahun-tahun sebelumnya. 

Masalah lain yang harus diwaspadai oleh para orang tua adalah dampak psikologis yang juga saat ini banyak dialami anak dengan obesitas

Kasus bully dan pelecehan dilaporkan lebih banyak dialami anak yang mengalami obesitas.

Banyak faktor yang berperan dalam meningkatnya prevalensi kasus obesitas pada anak, meliputi pola asuh, kurangnya aktivitas tubuh, hingga konsumsi gula yang berlebihan.

 Penting sekali untuk membatasi konsumsi gula tambahan pada anak dan memilih sumber energi yang lebih sehat seperti buah-buahan segar. 

Konsumsi gula yang disarankan pada anak adalah <5 persen dari total kalori harian pada anak kelompok usia kurang dari tahun 2 tahun, p sedangkan pada kelompok usia 2 hingga 18 tahun konsumsi gula sebanyak 10% dari total kalori harian.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas