Adhi Prihasto Terpilih Sebagai Ketua Umum Alfakes Yang Baru
Asosiasi Perusahaan Laboratorium Pengujian, Kalibasi, Pemeliharaan dan Perbaikan Fasilitas Kesehatan Nasional (Alfakes) gelar Munas
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Asosiasi Perusahaan Laboratorium Pengujian, Kalibasi, Pemeliharaan dan Perbaikan Fasilitas Kesehatan Nasional (Alfakes) menggelar acara Musyawarah Nasional (Munas) yang ke-3 di Hotel Horison, Tangerang Selatan, Rabu (20/9/2023).
Selain mendengarkan Laporan Pertanggung Jawaban kepengurusan Alfakes periode 2018-2023, Munas ke-3 juga mengadakan pemilihan ketua umum Alfakes yang baru untuk periode 2023-2028.
Munas Dihadiri 42 Pemilik Perusahaan Laboratorium Pengujian
Munas Alfakes Tahun 2023 dihadiri oleh 42 pemilik perusahaan laboratorium pengujian dan kalibrasi dari seluruh Indonesia dan beberapa tamu undangan.
Pada pemilihan ketua umum yang baru, Adhi Prihasto dari PT Medcalindo, terpilih sebagai Ketua Umum Alfakes yang baru. Dalam pemungutan suara akhir, ia berhasil meraih jumlah 25 suara, sedangkan kompetitornya Hanafi dari PT Mitra Solusi Elektromedika, memperoleh 17 suara.
Hadir pada acara Munas tersebut antara lain Direktur Pengawasan Alkes, Kementerian Kesehatan RI, Eka Purnamasari, MKM, Direktur Akreditasi KAN, Dr Agustinus Praha, Presiden Masyarakat Metrologi Indonesia Ir Sukiswanto, Kasub Direktorat Fasyankes Rakhmat Nugroho, MBAT, dan Ketua Umum dan Sekjen Alfakes periode demisioner Dr H. Hendrana Tjahjadi, MSi dan Mujiono Oetojo.
Sambutan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI
Sedangkan Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, dr Azhar Jaya, SKM MARS, menyampaikan sambutan dan ucapan selamat kepada peserta Munas melalui tayangan video.
Ketua Umum Alfakes yang baru, Adhi Prihasto menjelaskan bahwa ia akan berusaha untuk memperluas cakupan kerjasama Alfakes dengan berbagai pihak, termasuk meningkatkan kualitas seluruh anggota Alfakes dan menyebarkan informasi kepada seluruh anggota Alfakes dengan cepat.
“Saya akan berusaha agar seluruh anggota Alfakes solid dan kompak, dan bersama-sama membesarkan Alfakes,” kata Adhi Prihasto. Menurutnya, setiap perusahaan laboratorium kalibrasi anggota Alfakes dapat bersaing dengan sehat, terutama dalam meningkatkan kualitas pelayanan serta kualitas teknisi kalibrasi, sehingga Alfakes ke depan semakin dipercaya oleh masyarakat, pemerintah, rumah sakit dan puskesmas.
Masih Kurang Perusahaan Kalibrasi
Sementara itu mantan Ketua Umum Alfakes, Dr Hendrana Tjahjadi, menjelaskan, ada beberapa isu strategis yang harus menjadi perhatian Alfakes di masa depan, yaitu adanya kebutuhan perusahaan laboratorium pengujuan dan kalibrasi fasilitas kesehatan, yang saat ini hanya berjumlah 70 perusahaan.
“Jumlah 70 perusahaan laboratorium pengujian dan kalibrasi sangat kurang, karena ada sekitar 2,9 juta alat kesehatan di rumah sakit dan puskesmas di seluruh Indonesia yang harus dikalibrasi, sedangkan kapasitas layanan kalibrasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan laboratorium dalam setahun hanya sekitar 130.000 hingga 150.000 alat kesehatan per tahun,” katanya.
Ia mengharapkan ke depan akan semakin banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pengujian dan kalibrasi fasilitas kesehatan dan menjadi anggota Alfakes, sehingga seluruh alat kesehatan di seluruh Indonesia dapat dikalibrasi dengan baik.
Ada Ketidaknormalan Dalam Penetapan Tarif Kalibrasi
Hal lain, menurut Hendrana, adanya ketidaknormalan dalam penetapan tarif kalibrasi oleh perusahaan-perusahaan laboratorium, yang akhir-akhir ini cenderung turun. Turunnya tarif uji kalibrasi, menurutnya, kemungkinan karena adanya perang harga yang dilakukan oleh anggota Alfakes akibat adanya situasi yang kurang menguntungkan.
“Pengujian kalibrasi adalah bisnis besar, permintaan sangat besar, jadi seharusnya ketika supply dan demand seperti saat ini, tidak mungkin untuk terjadi perang harga,” kata Hendrana.
Ia menduga perusahaan laboratorium yang ada saat ini cenderung diatur oleh pasar, salah satu alasannya adalah karena lokasi perusahaan laboratorium bertumpu di satu wilayah, tidak menyebar di seluruh wilayah Indonesia. “Perusahaan laboratorium bertumpu di Jakarta dan di Pulau Jawa, beberapa ada di Sumatera, sedangkan di provinsi lain sangat kurang, bahkan tidak ada,” katanya.
Hendrana berharap kepengurusan Alfakes ke depan dapat mendorong perusahaan laboratorium pengujian kalibrasi dapat mendirikan cabang-cabang perusahaan di beberapa wilayah, sehingga seluruh alat kesehatan milik rumah sakit (pemerintah dan swasta) serta puskesmas dapat dikalibrasi dengan baik.
Isu lain, menurutnya, Alfakes harus terus mendorong pemerintah agar mendirikan institusi pengawas lembaga kalibrasi, termasuk institusi yang mengawasi rumah sakit-rumah sakit dan puskesmas terkait pelaksanaan pengujian dan kalibrasi fasilitas kesehatan.