Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Penggunaan Gadget Berlebihan Bisa Picu Keterlambatan Bicara Anak

Gadget hanya merangsang pendengaran dan penglihatan tapi tidak merangsang bicara

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Penggunaan Gadget Berlebihan Bisa Picu Keterlambatan Bicara Anak
Istimewa
Profesor Dr dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) di acara edukasi Penggunaan Gadget Sehat di kampus Politeknik Pariwisata Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (10/11/2023).   

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahaya penggunaan gadget berlebihan terutama oleh anak-anak terus digaungkan. Banyak risiko kesehatan dan gangguan psikis yang muncul akibat penggunaan gadget yang ugal-ugalan.

Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) yang juga dokter bedah syaraf mengingatkan, salah satu dampak negatifnya adalah keterlambatan bicara atau speech delay pada anak.

"Kita banyak menemukan kasus spech dellay yang dialami anak akibat kecanduan gadget. Karena tanpa diketahui, bahwa gadget hanya merangsang pendengaran dan penglihatan tapi tidak merangsang bicara," ujarnya di acara sosialisasi
gadget sehat di Kantor BPJS Wilayah IX, yang melingkupi Sulawesi dan Maluku, pada Kamis (9/11/2023).

Prod Ridha mengatakan, dirinya punya pengalaman memiliki pasien yang lambat bicara di usia sembilan tahun akibat kecanduan gadget.

Baca juga: Indonesia Dapat Bonus Demografi, Remaja Diingatkan Cegah Risiko Jadi Generasi Cacat karena Gadget

Perlu Ada Layanan Psikologis

Karena itu idealnya, saat ini rumah sakit hanya menyediakan psikiater tapi tidak menyediakan psikolog terutama di sejumlah Puskesmas dalam penanganan kecanduan gadget. "Sehingga sudah saatnya penanganan pasien BPJS dengan problem gangguan psikologis akibat gangguan gadget bisa dibantu oleh BPJS," harapnya.

BERITA REKOMENDASI

Prof. Ridha Dharmajaya menyarankan kepada BPJS Makassar agar memberikan layanan psikologis akibat gangguan penggunaan gadget yang tidak tepat.

"Kita berharap BPJS di Makassar peduli akan problem gangguan psikologis akibat kecanduan gadget dengan membuka pelayanan di Puskesmas ataupun rumah sakit yang tercover BPJS," ucapnya.

"Jangan pernah tinggalkan problem keluarga dalam rumah tangga. Tetap awasi anak-anak kita agar tidak terpengaruh gadget terkhusus usia di bawah 13 tahun. Karena dengan memberikan gadget terhadap anak di bawah usia tersebut tak ubahnya meracuni anak kita sendiri," sarannya.

Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ini turut menerangkan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat baik dari sisi posisi maupun durasi pemakaian.

Menurutnya, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.

"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," bebernya.

Dia mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam. Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.

"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," katanya.

Jika kondisi itu menimpa generasi muda, mereka bisa menderita kelumpuhan. "Ini horor. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang. Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.

Dia menekankan, bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif perlu dimanfaatkan dengan baik agar tidak melahirkan generasi cacat.

"Ciita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.

Dia mengajak seluruh orang tua yang baru saja memiliki anak agar mengawasi anaknya dari ketergantungan gadget. Dia juga berpesan, agar gadget tidak menjadi alat yang bisa mempengaruhi dan menjurus ke arah negatif.

"Jangan karena gadget justru mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa anak. Jadikanlah gadget sebagai media ke arah positif dan berguna bagi bangsa dan negara. Sehingga keinginan mulia kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih. Dan kunci generasi emas menuju 2045 dapat terwujud," harapnya.

Dukungan BPJS Kesehatan

Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah IX, dr. Yessi Kumalasari, menyatakan dukungannya terhadap Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) yang diinisiasi Prof. Dr. dr. Ridha Dharmajaya, Sp.BS (K).

Dia menilai sosialisasi dan penyuluhan gadget sehat yang digaungkan Prof. Ridha sejalan dengan program Pemerintah Indonesia dalam menyambut bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

"Keinginan dan harapan Prof. Ridha dalam upaya menyelamatkan generasi muda melalui gerakan gadget sehat adalah langkah nyata menyambut bonus demografi, agar ke depannya generasi yang tumbuh adalah generasi berkualitas, yakni generasi sehat, pintar dan berakhlak yang mulia," ujarnya.

"Kendati gadget memiliki nilai positif dalam berbagai hal, gadget juga memiliki dampak negatif baik secara fisik maupun mental jika tak bijak dalam penggunaannya. Dengan hadirnya gerakan gadget sehat yang diinisiasi Prof. Ridha membuka pemahaman kita semua bahwa penggunaan gadget yang tidak tepat, baik itu posisi dan durasi akan menyebabkan saraf kejepit pada bagian leher yang tak menutup kemungkinan tumbuh generasi cacat," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas