Pakar Ingatkan Pemerintah Perlu Berhati-hati Terapkan Strategi Wolbachi saat Tangani DBD
Wolbachia adalah bakteri alami yang umum ditemukan di hewan arthropoda atau serangga.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memilih wolbachia sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit demam berdarah dengue atau DBD di Indonesia.
Wolbachia adalah bakteri alami yang umum ditemukan di hewan arthropoda atau serangga.
Baca juga: Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah, Hampir 1.000 Orang Meninggal
Bakteri ini mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Namun, terkait inovasi ini, Pakar Ahli kesehatan masyarakat sekaligus Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan jika pemerintah perlu berhati-hati.
"Sekali lagi hati-hati dalam memilih pendekatan yang melakukan intervensi pada alam dan itu sangat berbahaya," ungkap Dicky pada keterangan, Jumat (17/11/2023).
Baca juga: Lawan Demam Berdarah, Relawan Ganjar Gandeng Ibu-ibu Kampanyekan Jumantik di Cianjur
Kehati-hatian ini, kata Dicky diperlukan karena data berbasis sains terkait strategi ini belum terlalu kuat.
Masih ada beberapa potensi melemahnya efektifitas akibat berbagai faktor.
Sebagai contoh, suhu bumi yang semakin panas bisa pengaruhi efektifitas Wolbachia.
"Bahwa pada suhu semakin panas, dampak dari wolbachia dalam media blocking patogen (DBD) ini menurun," kata Dicky.
"Karena pada suhu panas, masa inkubasi nyamuk mengigit seseorang terinfeksi itu menjadi pendek. Ini akhirnya tidak terkejar efektiftasnya," lanjut Dicky.
Kedua, suhu yang semakin panas ini mengurangi perkembangan Wolbachia.
Baca juga: Babe Cabita Sempat Drop karena Idap Anemia Aplastik, Bermula Dari Demam Berdarah, Kini Jaga Imun
Padahal, jumlah wolbachia yang cukup banyak dibutuhkan untuk bisa efektif menahan reflikasi virus.
Belum lagi dari faktor virus, berpotensi membentuk mutasi baru yang justru bisa merugikan manusia.
"Ketika kita mengintervensi alam, dalam konteks makhluk hidup, virus, nyamuk maka itu sendiri akan terus berevolusi karena ada yang menghambat dia. Ini berpotensi bisa jadi merugikan manusia," jelas Dicky.
Namun, Dicky sekali lagi menekankan tidak menentang betul keputusan pemerintah.
Hanya saja, ia mewanti-wanti untuk lebih berhati-hati.
"Tidak mengecilkan riset, potensinya ada, tapi masih jauh unutk program yang luas. Saya cenderung jangan banyak-banyak dulu. Kita harus betul-betul pastikan mekanisme montoring yang bisa dilakukan," urai Dicky.
Selain itu, inovasi ini juga perlu melibatkan multifaktor untuk mendukung efektifitasnya.
"Itu sebabnya paling aman dalam pendekatan publik health, 3M plus itu tetap jadi strategi utama untuk dijalankan," pungkasnya.