Tanpa Pemanasan dan Pendinginan yang Cukup Pelari Rentan Alami Trauma Lutut
Banyak kasus trauma atau cedera lutut karena kurangnya persiapan untuk lari.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cedera lutut masih banyak dialami baik pelari, pejalan kaki hingga pengendara dan pengemudi kendaraan.
Sebanyak 70-80 persen aktivitas orang itu berjalan, berdiri dan lari sehingga lutut rentan mengalami cedera.
"Belum lagi saat berkendara sepeda motor, lutut paling rentan kena aspal saat jatuh bahkan pengemudi mobil juga rentan lutut terkena dasbord mobil saat terjadi kecelakaan," kata dokter spesialis Orthopedi Brawijaya Hospital Tangerang, dr Dody Kurniawan, SpOT di Jakarta belum lama ini.
Terkait kasus trauma lutut yang dialami pelari, Dody menyebut banyak kasus trauma karena kurangnya persiapan untuk lari.
"Saat ini kebanyakan orang itu olahraga lari, sebagai tren, rekreasi dan hanya ikut-ikutan sehingga tanpa mempersiapkan diri untuk aktivitas lari," katanya.
Dikatanya, melakukan aktivitas olahraga yang lagi hype tetap perlu pengetahuan, salah satunya cukup pemanasan.
"Juga setelah acara lari tidak melakukan pendinginan yang baik sehingga risiko cidera meningkat," katanya.
Direktur Brawijaya Hospital Tangerang, dr Bina Ratna Kusuma Fitri, berdasarkan catatan medis rumah sakit, pasien yang masuk didominasi kecelakaan kerja, cidera olahraga lalu kecelakaan lalu lintas.
"Banyak pasien yang datang adalah korban kecelakaan karena di Tangerang Raya banyak pekerja pabrik," katanya.
Dikatakannya, saat ini telah dilengkapi layanan di bidang Orthopedi-Traumatologi dan Sport sehingga untuk kasus kasus trauma, kasus cidera ditangani sejak awal hingga proses rehabilitasinya.
Ditambahkan selain orthopedi, layanan bedah umum, kebidanan dan kandungan jadi unggulan dan RS telah menerapkan metode Minimal Invasive Surgery dalam menangani berbagai kondisi penyakit yang membutuhkan pembedahan.