Mengapa Cara Bicara Orangtua Pengaruhi Karakter Anak di Masa Depan?
Cara komunikasi orangtua kepada anak ternyata mempengaruhi karakter buah hati masa depan.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Cara komunikasi orangtua kepada anak ternyata mempengaruhi karakter buah hati masa depan.
Psikolog Johana Rosalina K, PhD menuturkan, cara orangtua bicara pada anak, menjadi inner voice anak.
Ketika orang tua bicara dengan nada tinggi maka dalam benak anaknya akan merasa tidak berharga.
"Orangtuanya hanya marah-marah dan tidak puas pada pencapaian anaknya,” kata Johana dalam kegiatan BKKBN, Kamis (14/3/2024).
"Hal tu akan membentuk konsep diri anak yang minder, pemalu, penakut, dan tidak percaya diri," lanjut dia.
Sebaliknya, saat orang tua mendukung anaknya dan memberikan afirmasi positif pada pencapaian anaknya, maka akan membentuk anak yang percaya diri dan merasa kagum pada dirinya, hal ini akan mempengaruhi pencapaian anak di masa mendatang.
Hambatan komunikasi dari sisi orangtua, seperti kritik yang berlebihan dengan membandingkan antar anak, tidak mendengarkan cerita anak, menggunakan ‘power’ orangtua, serta terlalu banyak nasihat bisa membuat anak tumbuh ke arah negatif.
Ada empat jenis pola asuh orangtua. Seperti Authoritative (kehangatan, tanggapan, kontrol, ketegasan tinggi).
Indulgent (memanjakan, hangat tapi tidak ada kontrol).
Neglectful (tidak ada kontrol dan dingin), dan Autoritarian (kontrol dan ketegasan tinggi tapi dingin).
Dirinya menyebut pola asuh yang salah dapat membentuk pribadi yang negatif dalam diri anak.
“Mari kita belajar menjadi orang tua yang authoritative, ini sebagai pola asuh kepada anak-anak kita. Demokratis dengan mengajak anak aktif berdiskusi, dengarkan dan berikan tanggapan yang responsif. Jangan menjadi orangtua yang abai dan cuek, apalagi otoriter karena akan berdampak negatif dan membuat anak terluka, nantinya anak akan menjadi pendendam,” papar Johana.
Menurut Johana, pada dasarnya prinsip membuat remaja bertanggung jawab adalah dengan mengajarkan konsep diri yang positif, cara bertanggung jawab, membantu remaja independen dapat memecahkan masalahnya sendiri, dan menentralisir argument dengan tenang.
Ditambahkan, apt. Valerie Kezia, S.Farm, dirinya kerap kali remaja bermasalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
“Ketika remaja mau cerita sama orangtuanya, seringkali mendapatkan respon gestur pengabaian,” katanya.
Masalah lain berupa kekerasan, baik verbal, fisik, maupun psikologis.
Baca juga: 80 Persen Penyakit Langka Dialami Anak-anak, Ini Gejala yang Patut Diketahui Orangtua
Dirinya juga kerap mendapat curhatan dari teman-temannya, dimana terdapat ikatan emosional yang rendah antar teman dan orangtuanya tersebut.
Menurut Kezia, di dalam komunikasi dengan orang tua, hal-hal yang dibutuhkan anak adalah rasa didengarkan tanpa di-judge.
Selain itu, menurutnya, remaja juga butuh diberikan ruang yang aman dan nyaman dimaklumi apabila memberikan pendapat yang berbeda dari orang tuanya, butuh divalidasi emosinya, serta orang tua perlu menjaga privasi anaknya.