Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Melakukan Transplantasi Sel Punca bagi Pasien Thalasemia Mayor
Thalasemia merupakan kondisi kronik yang membutuhkan terapi seumur hidup. Anak-anak dengan penyakit ini membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Thalasemia merupakan kondisi kronik yang membutuhkan terapi seumur hidup. Anak-anak dengan penyakit ini membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya.
Pasien thalasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (2-4 minggu sekali).
Transplantasi menjadi salah satu harapan yang bisa dilakukan orang tua atau keluarga yang memiliki anggota keluarga kelainan darah tersebut.
“Transplantasi Sel Punca Darah sudah dapat dilakukan di Indonesia,” ujar dokter spesialis anak di Tzu Chi Hospital PIK, dr. Edi Tehuteru dalam keterangannya baru-baru ini.
Ia menerangkan, angka keberhasilan transplantasi sel punca darah dapat mencapai 74,5 persen jika dilakukan saat berusia muda.
Sel punca jenis dapat diperoleh dari sumsum tulang, darah perifer dan darah tali pusat.
Transplantasi sel punca darah merupakan terapi yang umum dilakukan di negara lain.
Namun di Indonesia masih terbatas jumlahnya, tidak jarang juga pasien yang ingin menjalani transplantasi kemudian dirujuk ke rumah sakit di luar negeri.
“Anak-anak yang menjalani transplantasi harus dirawat di dalam kamar steril selama kurang lebih 30 hari setelah sel punca diinfuskan ke dalam tubuhnya sampai sel punca yang ditransplantasikan dapat berfungsi dengan baik dan sistem imunnya siap,” ungkap dia.
Baca juga: Thalasemia Tidak Bisa Dicegah, Penting Skrining Sebelum Menikah agar Tidak Menurun ke Anak
Dr Edi memaparkan, ada tantangan lain saat akan melakukan transplantasi yakni sulitnya mencari donor.
Sel punca kelainan darah seperti thalasemia membutuhkan sel punca dari orang lain.
“Sayangnya, negara kita belum memiliki bank data sel punca publik seperti di negara-negara lain. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam menemukan donor yang cocok,” ujar dr. Edi.
Melihat keterbatasan ini, Medical Advisor PT Cordlife Persada dr. Meriana Virtin mengatakan, penyimpanan darah tali pusat bersifat seperti tabungan yang dapat digunakan pada waktu dibutuhkan.
Penyimpanan darah tali pusat bertujuan sebagai simpanan jika bayi pemilik darah tali membutuhkan di saat ia bertumbuh dewasa. Atau juga mungkin bisa bermanfaat bagi keluarga jika ada yang membutuhkan transplantasi sel punca.
“Orang tua bisa menyimpan darah tali pusat setiap anak mereka karena semakin banyak anak yang sel puncanya disimpan, maka keluarga tersebut akan memiliki keragaman sel punca yang semakin banyak pula untuk terapi,” kata dr.Meriana.