Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak yang speech delay atau terlambat bicara biasanya dikaitkan dengan autisme. 

Autisme adalah gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan saraf otak. 

Padahal, dua hal tersebut sangat berbeda. Hal ini diungkapkan oleh Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K). 

Lantas bagaimana cara membedakannya? Menurut dr Fitri ada beberapa perbedaan antara speech delay dengan anak autisme. 

"Speech delay sendiri adalah keterlambatan bicara atau kemampuan bahasa ekspresif bicaranya anak tidak sesuai dengan kelompok umurnya," ungkap dr Fitri pada media briefing virtual, Kamis (17/10/2024). 

Sedangkan anak dengan autisme sendiri tidak hanya mengalami speech delay atau keterlambatan bicara saja. 

Tapi juga diikuti dengan tiga tanda lainnya, yaitu yang pertama gangguan komunikasi. 

Anak dikatakan mengalami gangguan komunikasi jika tidak mampu bertukar ide, informasi atau pesan kepada orang lain. 

Atau sebaliknya, anak tidak mampu memahami apa yang diinformasikan.

"Selain gangguan komunikasi, (kedua) ada pula gangguan interaksi sosial di situ. (ketiga), Ada juga perilaku yang terbatas, berulang, dan tidak fleksibel tanpa tujuan yang jelas," tambahnya. 

Ketiga gangguan ini harus ada di dalam gejala autisme. Artinya tidak semua anak yang mengalami speech delay adalah autisme. 

"Mungkin terlambat bicara itu hanya (karena) dia tidak bisa mengekspresikan kemampuan bahasa ekspresi (menjadi) bahasa ucapan," lanjutnya. 

Selebihnya, anak yang hanya mengalami speech delay bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. 

Sebagai informasi, bahasa ekspresif adalah bahasa yang disampaikan lewat ekspresi atau gestur tubuh. 

Sedangkan bahasa ucap adalah kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain menggunakan kata-kata dan gerakan.