Susul K-Pop, Indonesia Punya Strategi ‘Diplomasi Soto’
Di masa depan, ekonomi tidak semata-mata bergantung pada sumber daya alam mentah. Fashion, kuliner, dan crafts (kerajinan tangan) pun bisa.
TRIBUNNEWS.COM - Di masa depan, ekonomi tidak semata-mata bergantung pada sumber daya alam mentah. Fashion, kuliner, dan crafts (kerajinan tangan) pun bisa menjadi sumber dan kekuatan baru ekonomi Tanah Air.
Hal ini diungkapkan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, pada diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Staf Presiden, Selasa (17/10/2017).
Buktinya saja, Dian Pelangi, selebgram sekaligus desainer asal Jawa Tengah ini, bisa membawa bahan kain tradisional seperti batik Pekalongan, songket Palembang, dan kain jumputan ke kancah internasional. Mulai dari Paris Fashion Week hingga New York Fashion Week.
Diharapkan, ekonomi kreatif berkembang menjadi soft power yang dapat diandalkan oleh Indonesia untuk meningkatkan posisi di jaringan internasional. Salah satu langkahnya adalah melibatkan para calon duta besar (dubes), yang merupakan perwakilan Indonesia di negara lain.
Saat ini, Bekraf tengah mengembangkan berbagai program yang memerlukan dukungan jejaring internasional kuat, seperti Diplomasi Soto, Kopi, dan Tenun. Namun, diplomasi kuliner dan fashion tersebut tak akan berhasil bila para duta besar yang menjadi perwakilan Indonesia tak gencar berpromosi.
Tak hanya itu, anak-anak muda pun harus terus menciptakan karya tanpa batas dengan tidak meninggalkan identitas bangsa Indonesia. Pasalnya, kekuatan masa depan ekonomi kreatif ada di tangan anak muda.
Karena besarnya potensi ekonomi kreatif, pemerintah tidak ragu untuk memberikan bantuan permodalan. Sektor ini dinilai paling memberi kesempatan kerja kepada mereka, demikian juga khususnya kaum perempuan.
Secara keseluruhan sendiri, Bekraf membidangi 16 subsektor ekonomi kreatif,antara lain fashion, film dan animasi, kuliner, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, seni musik, arsitektur, desain komunikasi visual, desain produk, pengembang aplikasi dan games, televisi dan radio, serta fotografi.
Ke-16 subsektor tersebut diharapkan menjadi andalan baru penggerak perekonomian nasional, baik dari sisi kontribusi terhadap produk domestik bruto, peningkatan ekspor, maupun penyerapan tenaga kerja.
Jika sektor industri kreatif Indonesia betul-betul digarap secara baik, bukan hal mustahil Indonesia bisa berjaya di skala internasional seperti yang terjadi pada Korea dengan K-Pop-nya.