Dari Ibu Kota Negeri Sakura, GENWI Jepang Diluncurkan
GenWI terus melebarkan sayap, memperluas jaringan, dan memperbesar mesin viralnya
Editor: Content Writer
Generasi Wonderful Indonesia – GenWI terus melebarkan sayap, memperluas jaringan, dan memperbesar mesin viralnya. Hari Sabtu, 21 Juli 2018, komunitas netizen berbasis pada media social ini menambah satu negara lagi, yakni Jepang. Maka tahun 2018 ini, komunitas GenWI sudah hadir Korea Selatan, India, Tiongkok, Thailand, Malaysia, Singapore, dan embrio di Australia.
Apa itu GenWI? Generasi Wonderful Indonesia adalah komunitas netizen, putra-putra Indonesia, pelajar mahasiswa, diaspora, yang aktif bergerak di media digital, terutama media social, untuk mempromosikan Pariwisata Indonesia. Ada tiga hal yang diangkat, Destinasi Wisata, Calendar of Event Pariwisata dan Kebijakan Kepariwisataan.
Jika GenPI – Generasi Pesona Indonesia adalah komunitas anak-anak muda yang berada di Nusantara, dari Aceh sampai Papua, maka GenWI – Generasi Wonderful Indonesia berada di Mancanegara. Mereka bersama-sama memviralkan Indonesia melalui Pariwisata, yang selanjutnya akan mendorong Perdagangan dan Investasi.
“TTI, Tourism Trade Investment. Masuk melalui tourism yang people to people connection, jauh lebih mudah dan efektif untuk menapak level berikutnya trade and investment. Ayo, para pemuda, pemudi, pelajar mahasiswa, para diaspora di manapun kalian berada, promosikan terus keindahan dan kekayaan Indonesia,” sambut Menpar Arief Yahya.
Mungkin, oleh sebagian orang, memposting content kecantikan Indonesia melalui foto, video, infografis, story, melalui media sosial itu dianggap sepele dan remeh temeh. Padahal, jika dilakukan bersama-sama, Indonesia Incorporated, oleh seluruh potensi negeri ini, akan mengubah persepsi dunia akan Indonesia.
“Ayo, saatnya kita memberikan sesuatu buat bangsa!” tegas Menpar Arief Yahya, yang lulusan Teknik Elektro ITB Bandung, Surrey University Inggris dan lulus Doktor di Unpad Bandung itu.
GenWI dan GenWI sama-sama punya kode etik, no hoax, no SARA, no politics. GenWI dan GenPI lebih focus mengangkat konten-konten keindahan alam, kecantikan budaya, dan karya buatan yang bakal memperkuat positioning Indonesia di global level.
“Di sektor pariwisata, bangsa ini bisa berkompetisi dan juara dunia!” ungkap Menteri Arief Yahya.
Dia menjelaskan tiga revolusi dunia, memperkuat Alvin Tofler dalam buku The Third Wave. Pertama, revolusi pertanian atau agriculture. Kedua, revolusi industry atau manufacture. Ketiga, revolusi teknologi informasi. Di tiga-tiga revolusi itu, bukan Indonesia yang menjadi top of mind dunia, artinya nama Indonesia tidak pernah disebut-sebut di sana.
“Kita sedang memasuki era Revolusi Keempat, yang saat ini sedang menjadi trend dunia, yakni Cultural Industry, atau Creative Industry. Dan pariwisata ada di dalamnya. Saat inilah momentum yang tepat buat kita juara dunia, timing yang pas untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi terhebat di dunia,” ungkap Menteri Arief Yahya yang berasal dari Banyuwangi itu.
Apakah mungkin juara dunia? “Cultural Resourches dan Natural Resourches kita selalu top 25 dunia! Itu modal paling berharga untuk melompat menjadi yang terbaik. Kalau dari sisi manajemen, Produk kita kuat, Price Competitiveness kita kuat, Place atau delivery channel kita kuat, tinggal satu hal, Promotion kita yang harus digenjot lebih kuat lagi,” sebut Arief yang biasa disingkat dengan 4P (Product, Price, Place, Promotion).
Bahkan, Menpar Arief sangat yakin, bahwa Pariwisata adalah core economy bangsa Indonesia ke depan. Indonesia punya keunggulan komparatif dan kempetitif. Tahun 2019, industry Pariwisata diproyeksikan sebagai penyumbang devisa terbesar di tanah air, dengan target wisman 20 juta, dan devisa USD 20 Miliar. Pariwisata Indonesia juga ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional ASEAN.
“Pesaing professional kita Thailand, dan pesaing emosional kita Malaysia,” kata Arief Yahya.
Country Branding Wonderful Indonesia sudah ada di posisi 47 dunia dan mengalahkan Truly Asia Malaysia dan Amazing Thailand. Country Branding itu mencerminkan positioning dan defferensiating Pariwisata Indonesia.
Lalu bagaimana dengan menghadapi kelemahan promosi?
Arief Yahya membuat framework strategi promosi BAS, yakni Branding, Advertising, Selling. Tahun pertama 2014-2015 fokus di Branding. Tahun kedua, 2015-2016 masuk ke Advertising. Tahun ketiga dan keempat, 2016-2017-2018 sudah ke selling.
Strategi Media-nya, menggunakan konsep POSE: Paid Media, Own Media, Social Media dan Endorser. Paid Media, media berbayar sudah dipromosikan melalui media digital seperti Google, Baidu, TripAdvisor, Ctrip, Youtube, Facebook, dan lainnya. Media outdoor, media konvensional, televise seperti CNN, CCTV, CNBC, NHK, Astro, Aljazera dan lainnya.
“Di Social Media, saya perkuat komunitas GenPI dan GenWI. Seperti pasangan, satu keping mata uang. GenPI bergerak ke nusantara, mengeksplorasi Product kita yang bernama Destinasi. Ingat, produk pariwisata adalah Destinasi. Menjadi konten promosi yang keren, entah melalui video, foto, infografis, dan text. Sedangkankan GenWI bergerak di mancanegara, yang lebih dekat dengan Customers. Di Pariwisata, Customernya adalah wisatawan atau travellers,” ungkap Menpar Arief Yahya yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 itu.
Semakin kelihatan, Menpar Arief mengelola Kemenpar dan mengorkestrasi stakeholder Pariwisata Indonesia dengan prinsip-prinsip marketing. Karena Pariwisata adalah mengundang orang datang ke tanah air, lalu membelanjakan uangnya di tanah air menjadi devisa Negara, dan menghidupkan ekonomi masyarakat.
Di Jepang, Menpar Arief Yahya menugaskan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Media, Don Kardono untuk melaunching GenWI Jepang, Sabtu, 21 Juli 2018 di Tokyo. Ada harapan khusus buat GenWI Jepang yang diselipkan melalui akun Istagram @Menpar.Arief Yahya.
GenWI Jepang yang memiliki akses dan kedekatan dengan travellers di sana diminta belajar, mengapa inbound Jepang maju pesat dalam dua tahun terakhir? Deregulasi apa yang dilakukan Jepang untuk menjaring wisatawan? Juga, content apa yang bisa menarik wisman Japang lebih besar ke tanah air. (*)