Data FAO, Mekanisasi Pertanian Indonesia Naik Pesat
Mekanisasi pertanian di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Ke depan, mekanisasi pertanian akan terus didorong untuk meningkatkan efi
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mekanisasi pertanian di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Ke depan, mekanisasi pertanian akan terus didorong untuk meningkatkan efisiensi usaha tani serta meningkatkan gairah anak muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, berdasarkan data Food and Agriculture Organisation (FAO), mekanisasi pertanian nasional hanya 0,04 horsepower (HP). Sementara pada tahun 2019, mekanisasi mencapai angka 2,15 HP. Semakin tinggi horsepower, maka semakin tinggi pula keterlibatan kerja sebuah mesin dalam kegiatan produksi, termasuk pertanian.
Baca: WOW! Karya Anak Bangsa Ini Sukses Menang di Asia Tenggara
Baca: 57 Tahun Berdiri, Yayasan Lembaga Daya Dharma Fokus Memanusiakan Manusia
“Ini baru 5 tahun. Kalau kita bisa bergerak cepat, 5 sampai 10 tahun mendatang kita akan sejajar dengan Brasil dan Jepang yang sudah sangat maju pertaniannya,” kata Mentan Amran.
Itu sebabnya, kata Amran, pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan), fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Baca: Ini Caranya! Bayar Parkir Gratis Melalui Transaksi Digital
Menurut Amran, mekanisasi pertanian memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani. Hal itu pula yang bakal menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian dan mengembangkan komoditas yang ada.
“Kita harus cetak pemuda tani yang andal. Bukan hanya mengoperasikan alat, tapi mampu memelihara, merakit dan membuat. Kandungan lokal Alsintan juga harus didorong sampai 100%,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sekitar 720.000 unit dengan berbagai jenis. Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500% dibanding sebelumnya.
Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air. Pada tahun 2015, bantuan Alsintan sebanyak 56,785 unit, tahun 2016 naik menjadi 148,804 unit.
Sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 84,381 unit, dan pada 2018 sebanyak 126,942 unit. Pada 2019, Kementan akan mengalokasikan Alsintan sebanyak 50.000 unit baru terealisasi 30,135 unit.
Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20.000 unit), Traktor Roda empat (3.000 unit), Pompa Air (20.000 unit), Rice Transplanter (2.000 unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
“Bantuan Alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan Alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy di Jakarta, pekan lalu.
Sarwo Edhy mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 ha sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam/ha, sedangkan biayanya mencapai Rp2-2,5 juta/ha.
Sementara dengan Alsintan (traktor tangan), hanya diperlukan tenaga kerja 2 orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam/ha dan biayanya Rp900.000-Rp1,2 juta/ha.
"Begitu juga saat panen. Jika menggunakan Alsintan hanya perlu 3 jam sudah selesai, sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia perlu waktu 1 minggu," tambahnya.
Keuntungan lainnya adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam 3 kali setahun. Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30% dan menurunkan susut panen 10%.
Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp7,3 juta/ha menjadi Rp5,1 juta/ha.
"Untuk optimalisasi Alsintan, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan penyuluh terus memobilisasi penggunaan Alsintan agar bisa digunakan secara optimal oleh petani," pungkasnya.(*)