Gus Halim: Program TEKAD Harus mendukung Pencapaian SDGs Desa
Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) harus dilaksanakan berdasarkan data-data mikro yang dimiliki desa dan telah dimutakhirkan desa.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar menegaskan Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) harus dilaksanakan berdasarkan data-data mikro yang dimiliki desa dan telah dimutakhirkan desa.
Dengan demikian, program ini akan mendukung percepatan pencapaian tujuan-tujuan SDGs Desa khususnya di desa-desa sasaran program TEKAD.
“Penyusunan program di desa harus berdasarkan data, bukan berdasar keinginan. Perdebatannya pada data yang dimiliki desa, bukan pada keinginan elit saja,” ujarnya saat menjadi Keynote Speaker pada Workshop Kolaborasi Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) di Artotel Suites Mangkuluhur Jakarta, Kamis (16/12/2021).
Menurut Menteri yang akrab disapa Gus Halim ini, dengan berdasarkan pada data desa, sebuah program yang dilaksanakan akan tepat sasaran dan tepat manfaat. Dengan demikian, program akan berkontribusi signifikan untuk kesejahteraan masyarakat desa, dan peningkatan ekonomi desa yang inklusif.
Gus Halim menegaskan bahwa, berbagai macam dukungan anggaran dan bantuan melalui program ini harus dilihat dalam kerangka memajukan desa dan harus diarahkan pada kegiatan yang berdayaguna. Menurutnya, program yang tepat guna akan semakin mempercepat proses desa dalam membangun kemandiriannya di sektor sosial ekonomi.
“Ini harus benar-benar dinikmati oleh warga desa, harus ada yang diterima warga desa. Beban anggaran harus lebih banyak yang dibelanjakan untuk warga desa, bukan didominasi oleh urusan-urusan yang bersifat administratif,” tambahnya.
Gus Halim menjelaskan, program TEKAD yang merupakan kerja sama pemerintah dengan International Fund for Agriculture Development (IFAD) ini sengaja dilakukan di daerah Indonesia Wilayah Timur, untuk mempercepat pembangunan Kawasan Indonesia Timur, khususnya di sektor pangan.
“Indonesia Timur memang butuh perhatian khusus. Kendala akses jalan, minimnya akses listrik hingga internet semakin menghambat masyarakat untuk merambah pangsa usaha e-commerce,” tambahnya.
Oleh karena itu, menurut Gus Halim sangat diperlukan kolaborasi yang baik, antara kader kampung program ini dengan pendamping desa di lapangan. Tujuannya agar peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah terpencil, khususnya melalui sektor pangan di Indonesia Timur pada akhirnya dapat menunjukkan keberhasilan.
“Diperlukan sosialisasi dan koordinasi di internal pelaksana program, dari nasional hingga desa. Agar seluruh sumber daya yang ada dalam struktur pelaksana program, dapat dioptimalkan untuk pencapaian sasaran program,” tambahnya.
Seperti diketahui, Workshop Kolaborasi Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) dimaksudkan untuk merumuskan langkah-langkah praktis, sistematis dan terukur, untuk percepatan implementasi program. Dari Program TEKAD diharapkan terjadi peningkatan penghasilan sekitar 412.300 rumah tangga, dan memberi manfaat untuk 1.855.350 orang di 500 Desa INTI, 1.220 Desa KLASTER di 25 kabupaten, di 5 provinsi wilayah Indonesia Timur, yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Desa-desa INTI pada nantinya harus didesain sedemikian rupa, agar mudah di replikasi oleh desa klaster. Selanjutnya, sebanyak 1.720 Desa yang menjadi sasaran dalam program ini harus bisa menjadi desa percontohan bagi puluhan ribu desa lainnya di Indonesia
“Semua inovasi di desa sasaran program harus dicatat, dan disebarluaskan ke desa-desa seluruh Indonesia. Sehingga desa lain bisa mereplikasi,” ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.