Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Trenggono Jadikan Modeling Nila Salin untuk Hidupkan Kembali Tambak Mangkrak

KKP membangun modeling budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare sebagai solusi untuk tambak-tambak udang yang telah mangkrak.

Editor: Content Writer
zoom-in Menteri Trenggono Jadikan Modeling Nila Salin untuk Hidupkan Kembali Tambak Mangkrak
dok. KKP
KKP membangun modeling budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare sebagai solusi untuk tambak-tambak udang yang telah mangkrak. 

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan membangun modeling budidaya nila salin berbasis kawasan seluas 80 hektare di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Proyek ini memanfaatkan lahan bekas tambak udang yang sudah tidak lagi produktif.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyebut pembangunan ini sebagai langkah konkrit KKP mensolusikan persoalan tambak-tambak udang mangkrak karena telah menurunnya kualitas produksi.

Strategi modeling budidaya sekaligus untuk mendongkrak produksi ikan nila salin nasional, yang telah ditetapkan sebagai komoditas perikanan unggulan ekspor.

"Ini adalah bekas tambak udang, yang sudah tidak produktif lagi. Kemudian kami mencoba modifikasi dengan tidak lagi udang, tapi tilapia. Pasar ikan ini cukup bagus, kira-kira sebesar USD13 miliar pada 2030," ungkap Menteri Trenggono saat meninjau kawasan modeling budidaya nila salin di Karawang, Jumat (2/2/2024).

Pembangunan modeling budidaya nila salin dilakukan di lahan seluas 80 hektare yang terbagi dalam empat kawasan tambak, yakni Tambak blok A, B, C dan D. Selain kolam produksi, terdapat fasilitas lain di antaranya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium. Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini, salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.

Menteri Trenggono menambahkan, untuk tambak blok A dan B saat ini sudah mulai berproduksi, sedangkan sisanya dalam tahap pengembangan. Dirinya berharap, semua pembangunan bisa segera rampung agar bisa segera diresmikan.

Produktivitas modeling budidaya nila salin Karawang ini ditaksir mencapai 7.020 ton per siklus. Berat ikan saat dipanen mencapai 1 kilogram per ekor dengan masa produksi 8-9 bulan.

Baca juga: Upaya KKP Tingkatkan Produksi Mutiara melalui Pendederan Tiram Mutiara

Berita Rekomendasi

Apabila target produksi tercapai, teknologi budidaya nila salin Karawang akan siap direplikasi untuk menghidupkan kembali tambak-tambak yang tidak terpakai di Indonesia, terutama di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).

"Kalau ini berhasil dengan baik, ada luasan sekitar 78 ribu hektare di Pantura yang sekarang tidak berfungsi dengan baik. Ini saya kira kita bisa modifikasi, revitalisasi," bebernya.

Sementara itu, Direktur Utama BRI, Sunarso yang ikut meninjau lokasi modeling budidaya nila salin, mengungkapkan besarnya potensi ekonomi yang akan dihasilkan. Potensi ini bahkan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha mikro kecil (UMKM) perikanan.

"Tadi saya lihat 80 hektare itu 1 siklus 8 bulan, net profit nya Rp38 miliar, sehingga kita ngitung-ngitung 3 - 4 siklus saja balik modal. Ini nanti modeling kalau selesai, cocok pelakunya adalah pembudidaya dan itu cocok untuk BRI, karena BRI kan fokusnya ke UMKM," beber Suharso.

Di sisi lain, pihaknya mendukung pembangunan budidaya nila salin dengan menanam 1.000 pohon di sekitar area modeling. Menurutnya, langkah ini adalah bentuk kolaborasi BRI dan KKP untuk melestarikan ekosistem pesisir.

"Jadi kita sama-sama nanam, yang satu tanam ikan, yang satu tanam pohon. Ini program mulai dari nanam, pemeliharaan, bahkan akan diukur berapa biomassa yang terbentuk dan berapa kemampuan menyerap karbonnya," pungkasnya. (*)

Baca juga: KKP akan Revitalisasi 13 Ribu Hektar Tambak Mangkrak di Pantura pada 2025

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas