Kemenkes: Paparan Asap Rokok Orang Tua Potensi Buat Anak Stunting
Paparan dari asap rokok dari orang tua dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Simak penjelasannya di artikel ini.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Merokok dapat memperburuk kesehatan seseorang.
Bahkan paparan dari asap rokok dari orang tua dapat menyebabkan anak menjadi stunting.
Hal itu berdasarkan penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial UI 2018 yang mengungkapkan, balita yang tinggal dengan orang tua perokok tumbuh 1,5 kg lebih kurang dari anak-anak yang tinggal dengan orang tua bukan perokok.
Dalam penelitian tersebut juga disebutkan 5,5 persen balita yang tinggal dengan orang tua perokok punya risiko lebih tinggi menjadi stunting.
"Kalau Balita berpotensi terpapar rokok di rumahnya, maka ini menjadi salah satu hambatan kita dalam menurunkan stunting," ujar Dirjen Kesehatan Masyarakat, dr. Endang Sumiwi, Jakarta, Senin (29/05/2023), dikutip dari laman Kementerian Kesehatan.
Endang mengingatkan agar masyarakat memprioritaskan pengeluaran bukan untuk rokok, melainkan untuk membeli protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh supaya tidak stunting.
Baca juga: Kepala BKKBN Optimis Turunkan Stunting hingga 14 Persen Pada 2024
"Kalau mau berkontribusi untuk stunting, para orang tua tidak usah merokok dan lebih baik gunakan uangnya untuk membeli protein hewani seperti telur," ungkap Endang.
Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. Feni Fitriani Taufik menjelaskan di RS Persahabatan pernah ada penelitian pada bayi.
Ada tiga kelompok bayi yang dilahirkan yakni dari ibu yang tidak merokok, ibu yang jadi perokok pasif, dan ibu perokok aktif.
Hasilnya didapatkan bahwa pada plasenta bayi dengan ibu perokok aktif dan pasif itu sama-sama ditemukan nikotin.
Kemudian dari waktu lahir pun panjang badan dan berat badan bayi jauh lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak merokok.
"Jadi, pajanan rokok berpengaruh bukan saja setelah lahir, tapi di dalam kehamilan pun itu sudah sangat berpengaruh kepada bayi," ungkap Feni.
Ia melanjutkan, ada istilah secondhand smoke dan thirdhand smoke.
Secondhand smoke adalah asap rokok yang dilepaskan oleh perokok kemudian dihirup oleh orang-orang di sekitarnya.
Sementara thirdhand smoke adalah sisa bahan kimia dari asap rokok.
Umumnya tidak terlihat tapi berbahaya, bukan hanya asap tapi residu dari orang yang merokok yang menempel terutama di dalam rumah seperti gorden, karpet, dan sofa.
Baca juga: Sama-sama Ganggu Tumbuh Kembang Anak, Tapi Wasting Berbeda dengan Stunting, Begini Penjelasan Dokter
"Itu mengandung kimia berbahaya jika terhirup oleh orang-orang yang ada di rumah seperti anak-anak Balita," tutur Feni.
"Kalau berbicara stunting, secondhand smoke dan thirdhand smoke menyebabkan beban ekonomi keluarga akan berlipat. Sebab perkembangan anak terganggu," tambah nya.
Selain pemberian protein hewani, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut, dikutip dari Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah:
1. Mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dengan rutin minum Tablet Tambah Darah dan mengkonsumsi gizi seimbang kaya protein hewani selama kehamilan.
2. Memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
3. Memberikan MPASI yang kaya protein hewani untuk bayi usia diatas 6 bulan.
4. Terus memantau perkembangan anak dan membawa si Kecil ke Posyandu secara berkala
5. Menjaga kebersihan lingkungan
(Tribunnews.com, Widya)
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia