Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Pecandu Kopi Dilarang Bunuh Lebah

Bagi anda pecandu kopi, jangan sesekali membunuh atau memusuhi lebah atau tawon. Sebab lebah sangat berjasa

Editor: Tjatur Wisanggeni
TRIBUNNEWS.COM, BALI -- Bagi anda pecandu kopi, jangan sesekali membunuh atau memusuhi lebah atau tawon. Sebab lebah sangat berjasa dalam memproduksi bahan minuman yang sering kali anda seruput, pagi, siang hingga malam hari itu.

Virginie Boreux peneliti dari Departemen Lingkungan Hidup Swiss mengatakan  tawon sangat perlu dalam pembuahan atau penyerbukan buah kopi. Penyerbukan alami pada kopi atas penggerakan lebah dapat meningkatkan produksi perkebunan atau pertanian kopi.

Dia memperlihatkan satu hamparan kebun kopi di daerah tropis dengan dedaunan hijau subur, bunga- bunga putih mengembang dan berbuah. Buah muda kopi berwarna hijau, mendekati masak berwarna kuning dan buah masak warna merah hati.

Menurutnya, perkebunan atau pertanian kopi sebaiknya tidak mengusik lebah alami. Bahkan kalau bisa turut menangkarkan lebah di kawasan perkebunan, karena lebah membantu penyerbukan kopi. Lebah akan terbang dari saatu bunga bunga lainnya, kemudian menghisap madu yang ada pada bunga kopi.

Saat lebah mencari makan itu, tanpa di sengaja pada kaki dan tubuhnya menempel serbuk sari yang merupakan sel kelamin jantan. Kemudian si lebah terbang lagi menghisap bunga kopi yang lain. Saat proses alami itulah, tanpa disadari, serbuk sari tadi menempel ke kepala putik yang merupakan sel kelamin betina, dan terjadilah penyerbukan. Tawon termasuk dalam ordo Hymenoptera yang juga beranggotakan semut dan lebah.

"Semakin banyak lebah di kawasan perkebunan atau pertanian kopi, semakin bagus. Dengan demikian proses pollinasi atau penyerbukan akan semakin sering terjadi, sehingga buah bunga yang menjadi buah semakin banyak, dan produksi kopi pun akan meningkat," ujar perempuan berambut lurus panjang ini saata presentasi tentang penyerbukan kopi pada acara konferensi ilmiah Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) 2010 di Bali.
 
Boreux memperlihatkan dua jenis lebah, kuran besar dan satu lagi ukuran kecil. Menurutnya, lebah besar yang lebih banyak hidup di habitat hutan tropis, punya andil lebih besar dalam pernyerbukan dibandingkan lebah kecil. Alasannya, dengan kaki lebih panjang dan badan lebih besar, serbuk sari akan lebih banyak menempel pada kaki dan badan si lebah kemudian disebarkan ke kepala putik untuk terjadi pembuahan.

Keuntungan lain dari membiarkan lebah liar atau menangkarkannya di arena kebun kopi, pemilik kebun dapat memanen madu untuk bahan obat-obatan atau dijual dengan harganya sangat mahal.

Pengairan atau irigasi, menurut Boreoux tidak kalah kalah penting diperhatikan petani kopi. Irigasi dalam hal ini bukan seprti pertanian padi sawah, mengalirkan air ke sawah sehingga tergenang. Dalam perkebunan kopi, menjaga kelembaba tanah sehingga kadar air tetap terjaga untuk kesuburan. Misalnya saat kemarau panjang, jangan biarkan kopi sampai mati kekeringan. Selain itu, tumbuhan kopi membutuhankan tanaman yang lebih tinggi untuk pelindung, namun pastikan tetap tersinari cahaya langsung matahari.

Konferensi ilmiah Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) 2010 dilaksanakan di Sanur Beach Hotel, Denpasar, Bali, 19 - 23 Juli. Konferensi diikuti sebanyak 900 ilmuwan dari 60 negara, dan 300 ilmuwan di antaranya berasal dari Indonesia. Partisipannya ada juga dari kalangan mahasiswa, dan akativis prolingkungan hidup.

ATBC merupakan organisasi profesi internasional terbesar di dunia dalam hal biologi dan pelestarian alam tropika. ATBC dibentuk tahun 1963 untuk  misi memberdayakan riset serta memfasilitasi pertukaran pemikiran di bidang biologi dan lingkungan tropika. Sebagai suatu perhimpunan, ATBC menerbitkan suatu publikasi ilmiah berskala internasional yang kini menjadi salah satu terbitan paling terkemuka di bidangnya, yaitu Biotropica.

 Konferensi ATBC 2010 mengangkat tema Keanekaragaman Hayati Tropika: Menghadapi Krisis Pangan, Energi, & Perubahan Iklim. Bertindak sebagai tuan rumah, Universitas Indonesia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta didukung oleh 12 organisasi lainnya di antaranya Center for International Forestry Research (CIFOR).

Deklarasi yang akan dihasilkan dalam pertemuan itu akan menjadi masukan bagi berbagai konvensi internasional yang ujungnya akan menjadi acuan bagi setiap negara dalam membuat undang-undang ataupun peraturan di negara masing-masing, tentang keanekaragaman hayati. (tribunnews/ domu d ambarita)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas