Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Ramon Y Tungka Pasang Wajah Melas Demi Menumpang Truk

Ramon Y Tungka asyik menikmati tenangnya hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung sampai akhirnya ketinggalan bis.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ramon Y Tungka Pasang Wajah Melas Demi Menumpang Truk
Kompas TV
Ramon Y Tungka mmeandikan gajah di Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung 

WOW... Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Siapa bilang tinggal di hutan mengekalkan kesunyian? Atau membeku bersama waktu yang berjalan pelan. "Itu bohong," kata Ramon Y Tungka. Yuk simak penuturannya.

Hutan mengajarimu berpikir kreatif, mengajakmu keluar dari segala kebiasaan dan memacu waktu jauh lebih gegas dari semestinya. Mau bukti coba saja sehari semalam tinggal di Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung dan buktikan sendiri betapa kesibukan sehari-hari membuatmu lupa waktu. Sarapan pagi dengan diiringi nyanyian burung atau bahkan memandikan gajah.

Dan gara-gara itu pula saya ketinggalan bus terakhir menuju Pantai Tanjung Setia. Padahal dalam sehari hanya ada dua bus yang melewati jalur ini, jalur Lampung-Kota Agung-Pemerihan-Krui. Bus pertama lewat pukul 12.00 WIB, tepat saat teman satu tim saya dikentutin gajah. Bus kedua lewat pukul 15.00 WIB, yang ini tepat saat kami berlari dari pondok menuju jalan. Walhasil lewat dua-duanya.

Tapi harapan dan usaha harus tetap jalan kan, tak ada bus truk pun jadi. Tapi truk siapa, ya truk siapapun yang lewat di depan kami. Maka dengan gaya sok melas ala tokoh-tokoh film Hollywood yang mencari tumpangan, kami mulai beraksi. Truk pertama bablas, kedua ngacir, ketiga lanjut, baru yang keempat mau berhenti dengan agak mendadak. Dengan wajah sumringah saya dan kawan-kawan langsung melompat ke dalam truk.

Saya duduk di depan, di samping Pak Adam, pengemudi murah hati yang selalu percaya pada niat baik. Iya niat baik. Kepercayaannya pada niat baiklah yang membuat dia menghentikan truknya saat kami cegat. "Saya percaya pada niat baik manusia, makanya saya berhenti. Karena saya masih percaya mas-mas yang numpang ini punya niat baik. Jadi ya jangan takut numpang kalau niatnya memang baik," begitu kata Pak Adam. Duh Gusti ternyata nunuters alias tukang numpang atau nunut itu memang bukan hanya di film-film Hollywood saja.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas