Menghampiri Pulau Tikus yang Malang
Dari Lampung, perjalanan Ramon Y Tungka dan tim 100 Keliling Indonesia, sampai ke Bengkulu.
Editor: Anita K Wardhani
WOW... Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.
TRIBUNNEWS.COM - Dari Lampung, perjalanan Ramon Y Tungka dan tim 100 Keliling Indonesia, sampai ke Bengkulu. Di sini Ramon merasakan ekotika mirip dengan Bali tapi lebih bersih dan sepi.
Ramon dan tim meluncur ke Benteng Marlborough, tempat yang dinikmatinya sambil lewat menuju ke salah satu tempat penyewaan perahu. Hmm, hendak kemanakah Ramin? "Kami ingin pergi ke Pulau Tikus. Pulau kecil yang terletak disebelah tenggara kota Bengkulu," tulisnya dalam catatan Harian Ramon.
Beberapa waktu lalu perairan disekitar pulau ini digunakan untuk berlabuh beberapa kapal pengangkut batu bara. Kapal-kapal ini melakukan bongkar muat batu bara yang akibatnya membuat koral di sekitar pulau rusak.
"Menyedihkan sekaligus memalukan ya, ketika kebutuhan ekonomi manusia untuk hidup secara tidak langsung membunuh kehidupan lain dan akan membunuh kehidupan manusia sendiri kelak," ujar Ramon.
Harga menumpang perahu ke pulau tikus perorang adalah 125 ribu rupiah. Lama perjalanan sekitar satu jam saja. Kebetulan banget ombak sedang bagus maka perjalanan terasa nyaman dan lancar.
Pulau Tikus adalah pulau kecil yang tak berpenghuni. Kadang beberapa nelayan yang berusaha mengais rejeki di perairan sekitar pulau walau peluangnya sangat kecil. Lagi-lagi aktifitas bongkar muat batubara menjadi salah satu penyebabnya.
Di Pulau Tikus juga terdapat sarana bantu navigasi navigasi atau mercusuar. Dari atas, bisa terlihat Samudera Hindia. Selain itu, Pulau Tikus juga cocok untuk melakukan aktivitas wisata bahari seperti snorkling. Sayangnya, pulau ini belum terlalu dikembangkan.
Setelah mampir ke Pulau Tikus, Ramon dan tim kembali ke Kota Bengkulu dan menginap semalam di kota ini. Pagi haninya berangkat ke Terminal Sungai Hitam. Kaget banget, karena terminalnya sepi banget. Angkot cuma beberapa, kayak terminal kota mati.?
Usut punya usut, menurut penuturan beberapa penduduk setempat, orang-orang lebih menggunakan mobil travel dibanding bus. Akhirnya, bus pun kalah saing dengan mobil-mobil sewaan yang membawa penumpang ke luar Kota Bengkulu.
Ramon dan tim inginnya naik bus. Akhirnya kami naik Damri. Tujuannya ke Katehun, bayar Rp 15.000. Jalan yang dilewati hancur di beberapa titik namun menawarkan pemandangan yang cantik. Beberapa titik, jalanan berlubak dan rusak bercampur genangan air. Perlu waktu kurang lebih 2,5 jam perjalanan naik bus dari Kota Bengkulu menuju Ketahun, Bengkulu Utara.