Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Feryanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eksistensi para seniman untuk tetap mendiami Pasar Seni Ancol, tak lain karena perputaran bisnis di sana berlangsung baik.

Cubung Wasono Putro, salah satu seniman yang 'dituakan' di Pasar Seni Ancol menjelaskan, banyak kolektor yang datang ke Pasar Seni Ancol, karena terdapat karya yang beraneka ragam.

"Khusus untuk seni lukis, di sini lengkap menyajikan berbagai aliran dan tema. Dari yang kontemporer, surealis, abstrak, ekspresif, dan sebagainya. Setiap pelukis di sini punya ciri khas berbeda," ujarnya saat berbincang dengan Wartakotalive.com (Tribunnews.com Network) Kamis (28/3/2013) petang.

Cubung menjelaskan, persaingan antar seniman di Pasar Seni Ancol juga berlangsung sangat sehat. Setiap seniman, tutur pria asal Malang, rata-rata sudah punya pelanggan sendiri-sendiri.

Masalah harga, karya seni yang ditawarkan di Pasar Seni Ancol pun beragam. Menurut Cubung, untuk karya lukis, nilainya mulai Rp 1 juta hingga mendekati Rp 500 juta.

"Kekerabatan kami di sini juga sangat baik. Hanya di sini puluhan seniman berkumpul bersama, hidup bersama, menuangkan ide dalam karya. Saya rasa, setelah saya berkeliling ke berbagai kota, tidak ada tempat seperti Pasar Seni ini," ungkap Cubung yang telah mendiami tempat tersebut sejak 1989.

Saat ini, jumlah seniman di Pasar Seni Ancol hampir mencapai 100 orang, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka menggunakan kios-kios yang mereka tempati sebagai studio maupun tempat mendisplay karya.

"Syarat yang diberikan Ancol, seniman harus aktif, ada kegiatan setiap hari. Itu justru mendorong kami untuk terus berkarya, tidak malas-malasan. Apalagi, kalau kami menjual karya, tidak dipotong sama pihak Ancol selaku manajemen. Kami hanya diberikan tempat dengan sewa sangat murah, lalu kami diberikan kebebasan untuk berkarya," papar Cubung. (*)