Yang Menamai Wisata Green Canyon di Ciamis Konon Turis Asal Prancis
Yang menawai kawasan wisata air Green Canyon di Ciamis konon seorang turis asal Prancis. Ini ceritanya.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS - Dua tebing hasil pahatan alam dengan rerimbunan pohon yang tumbuh di atasnya mengapit kokoh Sungai Cijulang. Sinar matahari yang jatuh ke permukaan sungai dengan air berkelir hijau lumut terbelah bebatuan raksasa yang menyembul, membentuk garis-garis cahaya. Indah.
Itu baru sedikit pesona Green Canyon. Setiap orang yang memandangnya selalu tersihir keindahan ngarai nan elok yang masuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, persisnya di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang. Lokasi ini berjarak sekitar 31 kilometer (km) dari Pantai Pangandaran.
Untuk mencapai lembah beralas Sungai Cijulang yang bermuara di pantai selatan ini, Anda bisa menumpang perahu tempel dari Dermaga Ciseureuh, masih di Desa Kertayasa. Ongkos menuju Cukang Taneuh (berarti jembatan tanah), begitu masyarakat sekitar menyebut Green Canyon, Rp 75.000 per orang. Lama perjalanan
sekitar 30 menit.
Konon, sebutan Green Canyon sendiri merupakan julukan yang disematkan seorang wisa-tawan asal Prancis yang berkunjung ke Cukang Taneuh tahun 1990-an silam. Ketika itu, si turis yang tengah berburu biawak dengan menyusuri Cijulang terpukau pada keindahan Cukang Taneuh.
Pemandangan ngarai itu langsung mengingatkan sang turis pada Grand Canyon, ngarai di Arizona, Amerika Serikat, yang terbelah Sungai Colorado. Seolah main pelesetan kata, si turis menyebut nama Green Canyon. Kata green berasal dari warna air sungai yang hijau lumut.
Selain menggunakan perahu, belakangan muncul cara lain untuk menyusuri sungai ini. Anda bisa mengarungi Cijulang menuju Green Canyon dengan cara arung jeram tubuh (body rafting). Mirip dengan arung jeram, Anda akan menyusuri sungai dan menerabas arusnya. Bedanya, body rafting tanpa menggunakan perahu karet, alias mengarungi sungai dengan cara menghanyutkan diri.
Baru tiga tahun
Tentu saja ada penyelenggara paket wisata body rafting ini, yaitu Body Rafting Guha Bau Cijulang, Karang Taruna Desa Kertayasa. Dede Mendoel, Koordinator para pemandu, bilang bahwa wisata body rafting ini baru berjalan sejak 2009 lalu. "Green Canyon sendiri sudah dikunjungi oleh wisatawan, terutama turis asing, sejak tahun 1990-an," ungkap dia.
Kalau Anda ingin menjajal sensasi mengarungi Sungai Cijulang dengan body rafting, Dede dan anggota timnya menawarkan paket bertarif Rp 875.000 untuk setiap kelompok yang beranggotakan lima orang. Jadi, ongkos per kepala sebesar Rp 175.000.
Kalau jumlah peserta kurang lima orang, Dede akan menggabungkan tim Anda dengan tim lain. Namun, jika tidak ada tim lain, tarif paket akan berbeda. "Secara paket memang lebih murah sekitar Rp 750.000, tapi secara harga per orang jatuhnya lebih mahal," ungkap Dede.
Tarif tersebut sudah mencakup camilan, makan siang, sewa jaket pelampung, helm, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus (coral booties), tali penyelamat, upah pemandu dua orang, asuransi, serta transportasi darat dan sungai. Anda bisa booking terlebih dahulu melalui telepon sejak jauh-jauh hari.
Sebaiknya, sebelum body rafting, Anda mengisi perut dulu lantaran kegiatan ini bakal menguras tenaga. Jarak tempuh sepanjang empat hingga lima km selama tiga jam, sudah termasuk istirahat sekitar satu jam di tengah perjalanan mengarungi Sungai Cijulang.
Setelah memakai perlengkapan body rafting, Anda akan dibawa dengan pikap ke sebuah bukit yang menjadi titik awal perjalanan menuju hulu Cijulang masih di Desa Kertayasa. Jalan setapak ke hulu sungai cukup terjal, berbatu, dan licin. Jadi, berhati-hatilah. Ujung perjalanan ini adalah Guha (Goa) Bau. Warga sekitar memberi nama Guha Bau karena goa ini mengeluarkan aroma sengit yang berasal dari kotoran kelelawar yang bersarang di goa.
Nah, dari mulut Guha Bahu, peserta body rafting satu per satu dipersilakan melompat ke Sungai Cijulang. Arung badan pun resmi dimulai. Sepanjang aliran sungai menuju Green Canyon, Anda akan disuguhi pemandangan yang mempesona, mulai deretan stalaktit sewaktu menembus goa, sulur tanaman yang menjuntai ke permukaan air sungai, hingga air yang mengucur deras pada dinding-dinding tebing.
Kalau beruntung, Anda bisa melihat sekelompok kera yang menampakkan diri dari balik tebing dan biawak di pinggir sungai. Nikmatilah pemandangan ini selagi arus tenang dan Anda mengapung santai di permukaan Sungai Cijulang.
Ceritanya akan berbeda manakala jeram menghadang. Adrenalin Anda bakal terpompa saat harus memasang badan menembus arus yang cukup kuat. Tersedot sepersekian detik ke dalam jeram, lalu terdorong lagi ke permukaan air sambil terbatuk-batuk dan tersedak air memberikan sensasi tersendiri. Tapi, pemandu siap mengawal Anda agar tak terbawa arus terlalu jauh.
Petualangan Anda mengarungi Cijulang berakhir di ujung Green Canyon dengan bebatuan besar yang memecah aliran sungai. Anda akan mengalami klimaks dari body rafting. Desain alam yang terdiri dari bebatuan raksasa dengan limpahan air dari atas tebing membuat Anda seolah ada di dimensi ruang yang berbeda. Betul-betul menakjubkan.
Nah, kalau masih berselera menjajal keberanian, Anda bisa mencoba terjun ke sungai dari atas tebing dengan tinggi lima hingga tujuh meter.
Dari Green Canyon, Anda bisa melanjutkan jalan-jalan Anda ke Pantai Batu Karas untuk menikmati sunset. Anda bisa bermalam di Batu Karas. Banyak penginapan di sini, dari hotel melati, hotel bintang, bungalo, hingga homestay bertarif mulai Rp 100.000 hingga Rp 1,6 juta per malam.
Astri Karina Bangun/ KONTAN