TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Walau  baru terjun ke ranah mode sekitar tiga tahun, perancang busana berbahan batik Caterina Hapsari telah memiliki karya yang dikenal hingga benua Amerika dan Eropa.

"Waktu itu aku pernah ditelepon dari pemilik galeri di Washington D.C., mereka minta karyaku dijual di sana. Rupanya mereka tahu tentangku karena cuma aku desainer busana batik yang situsnya berbahasa Inggris," ujar Caterina saat ditemui TRIBUNnews.com di sela acara peluncuran EcoBatik Signature Style di kawasan Menteng, Selasa (11/6/2013).

Selain itu, menjadi desainer yang berbasis di Bali juga membuat karyanya cukup familiar di kalangan para wisatawan, khususnya Eropa.

"Mereka suka karena desain busana batik saya tidak boring," ujar mantan pramugari sebuah maskapai penerbangan nasional itu.

Caterina memang menawarkan busana batik yang agak berbeda dari desainer umunya. Di tangannya, batik menjadi gaun-gaun bergaya red-carpet look yang elegan sekaligus seksi.

"Fashion and batik are my passion. Aku mau menunjukkan kalau batik itu tidak sempit. Tidak hanya blazer, kemeja, syal saja, tapi juga bisa menjadi gaun-gaun seksi," ujar perempuan kelahiran 20 April 1982 ini.

Daniel Ngantung