Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Rahasia Tas Bvlgari Terlihat Seperti Batu Permata

Bvlgari menggunakan teknik agatatura, yaitu membentuk tas dengan agate atau batu akik, supaya bentuk kulitnya menyerupai penampilan batu permata.

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Rahasia Tas Bvlgari Terlihat Seperti Batu Permata
AFP
Proses produksi di dapur produk fashion sekelas Louis Vuitton 

TRIBUNNEWS.COM  - Melihat atau memegang produk fashion mewah besutan rumah mode sekelas Fendi, Dior atau Louis Vuitton mungkin sudah biasa. Tapi bagaimana kalau mengintip proses pembuatanya langsung di pabrik dan studionya? Mungkin ini tak biasa.

Selama dua hari, 15-16 Juni, publik diberi kesempatan sekali seumur hidup untuk melihat aktivitas di dapur brand-brand fashion ternama yang berada di bawah payung perusahaan LVMH, seperti Louis Vuitton, Dior, Fendi, Gucci, dan Bvlgari.

Sebanyak 42 lokasi "dapur" brand-brand ternama LVMH yang tersebar di Inggris, Spanyol, Italia, Polandia, dan Swiss, dibuka untuk mereka yang telah mendaftar sebelumnya. "Les Journees Particulieres" begitu nama tur fashion tersebut.

Apa saja yang pengunjung dapat saksikan di sana?

Di dapur produk kulit Bvlgari dan Fendi yang berlokasi di Florence, pengunjung diajak melihat para seniman kulit terbaik di dunia mengolah kulit-kulit eksotis secara mendetail dan unik menjadi tas-tas mewah.

Bvlgari menggunakan teknik agatatura, yaitu membentuk tas dengan agate atau batu akik, supaya bentuk kulitnya menyerupai penampilan batu permata.

Fendi juga menawarkan pengalaman yang sama. Pengunjung bahkan diperbolehkan berinteraksi dengan para perajin.

Berita Rekomendasi

Berpindah ke Perancis, Dior membuka pintu studionya di Paris. Sementara di Asnieres, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tas kulit Louis Vuitton.

"Les Journees Particulieres" pertama kali digalakan oleh Direktur LVMH Antoine Arnault pada tahun 2011. Sebanyak 100 ribu orang diperkirakan berpartisipasi pada tur perdananya.

Analis ekonomi berharap program semacam ini dapat membangun rasa percaya konsumen pasca robohnya pabrik tekstil di Bangladesh April lalu yang menewaskan 1.000 pekerja. Hampir semua produk pabrik tersebut menyuplai kebutuhan retailer Barat.

"Konsumen dari pasar berkembang kian memperhatikan asal barang yang mereka beli, bagaimana diproduksinya. Mereka ingin memastikan kualitas dan ketrampilan para pembuatnya sesuai dengan uang yang mereka keluarkan," ujar Mario Ortelli, analis barang mewah dari Bernstein.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas