Profesionalisme Kuliner Kaki Lima Singapura yang Harusnya Dicontoh Jakarta
Inilah profesionalisme kuliner kaki lima Singapura yang harusnya dicontoh pedagang kaki lima Jakarta.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Singapura dinobatkan sebagai Best Street Food City atau Kota Kuliner Kaki Lima Terbaik dalam ajang World Street Food Award 2013 di Singapura, awal Juni lalu.
Jakarta yang sebenarnya tak kalah variatif dalam hal kekayaan kuliner lokal, nyatanya kalah. Apa kunci kemenangan Singapura?
Asal tahu saja, profesionalisme kuliner di tingkat kaki lima itu sekarang sudah terasa lewat cara pedagang melayani pembelinya.
Pengamat kuliner, Bondan Winarno, mencontohkan pedagang yang tidak mau menerima uang pembeli dengan tangan yang digunakan untuk mengolah makanan.
"Orang-orang jadi tak sungkan membeli makanan karena kebersihan dan sanitasinya terjaga," jelas Bondan.
Pemecahan lainnya adalah memanfaatkan berbagai lahan parkir kosong di Singapura sebagai pusat jajanan.
"Dari situlah terjadi proses profesionalisasi. Seperti yang dikatakan Seetoh (penggegas World Street Food Council), salah satu (alasan pusat jajanan di Singapura berkembang) adalah profesionalisasi. Nah kita belum sampai pada tahap itu," tegas Bondan.
Pemerintah Indonesia, ujar Bondan, belum punya konsep jelas untuk memprofesionalisasikan pedagang.
"Profesional bukan berarti semuanya harus serba modern, tapi masih tetap ada nilai-nilai tradisi dan home-cookingnya," ujar Bondan lagi.
Dalam penilainnya, perkembangan kuliner kaki lima di Singapura adalah wajah perekonomian rakyat yang difasilitasi pemerintah.
Dibutuhkan pula seorang street food champion, orang yang berani mendobrak tapi masih dalam koridor aturan untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat jajanan kaki lima dunia.
"Kalau melihat track record-nya di Solo, sebetulnya Jokowi berpotensi. Tapi karena Jakarta punya banyak masalah, masalah ini sepertinya belum jadi prioritas. Seharusnya Jokowi menunjuk orang untuk menjadi champion yang membawa visi makanan kaki lima menjadi kebanggaan kita," tutup Bondan.
Daniel Ngantung