Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit stroke yang dideritanya tak menghalangi Stephanus Hamy untuk berkarya. Dikenal sebagai salah seorang desainer yang konsisten mengangkat wastra tradisional, kali ini Hamy mengeksplor batik Minang.

Koleksi tersebut ia tampilkan di acara HUT ke-50 Persatuan Istri Purnawirawan (Perip) di Graha Jala Puspita, Selasa (18/3/2014).

Kenapa Minang?

"Batik Minang belum sepopuler batik. Padahal batik ini memiliki motif yang unik yaitu rumah gadang. Kebetulan saya mendapat tawaran dari Ibu Djoko Suyanto (ketua acara) yang membina perajin batik Minang di Solok," ujar Hamy saat ditemui Tribunnews.com, Selasa (18/3/2014).

Koleksinya itu diperagakan oleh sederet istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Kain batik Minang ia sulap menjadi busana-busana bersiluet modern yang feminin. Koleksinya cukup beragam mulai dari kasul, semi kasual, formal hingga gaun malam.

Lewat koleksi yang beragama, Hamy ingin membuktikan bahwa batik Minang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tak banyak detail yang ia mainkan. "Detail cukup pada permainan warna yang kontras," kata Hamy yang membutuhkan waktu dua bulan untuk menyiapkan koleksi tersebut.

Look yang ditampilkan di antaranya layering terusan panjang batik Minang bernuansa hijau yang tampak feminin dipadukan dengan rok lipit. Ada pula atasan hitam polos berpadu dengan celana motif batik Minang loose bernuansa monokromatik.

Coat dan blazer yang tampil sesekali memberi sentuhan akhir yang chic dan feminin.

Palet warnanya juga cukup beragam, mulai dari hitam-putih, warna kalem, hingga warna terang. Koleksi ini pun kian terasa variatif.