Terapi Belanja, Membangkitkan Mood atau Menguras Dompet?
Terapi belanja konon bisa dijadikan cara membangkitkan mood. Tapi antara manfaat dan risiko kurang dompet lebih besar mana ya?
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini, seorang sahabat "kalap" berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan besar di Jakarta. Barang-barang fashion seperti baju, sepatu, dan sejumlah aksesori mendominasi belanjannya itu. "Lagi bete. Butuh retail therapy supaya mood membaik lagi," ujarnya berkilah.
Tapi apakah betul retail therapy atau terapi berbelanja memberi keuntungan tersendiri bagi ketenangan jiwa ketimbang merugikan diri setelah isi tabungan terkuras atau tagihan kartu kredit membengkak lantaran kalap berbelanja?
Usut punya usut, banyak penelitian rupanya telah membuktikan banyak efek positif dari terapi berbelanja. Apa sajakah itu? Berikut manfaatnya seperti dilansir Tribunnews.com dari MedicalDaily.com:
1. Membantu Anda melewati masa transisi
"Saat seseorang berbelanja, dia akan memvisualisasikan bagaimana dia akan menggunakan barang tersebut. Seperti yang dilakukan atlet, visualisasi adalah cara mereka untuk meningkatkan performa sekaligus mengurangi rasa gugup sehingga membantu mereka melewati masa transisi," tulisnya.
Kit mencontohkan berbelanja untuk pernikahan atau kebutuhan bayi yang merupakan transisi besar dalam kehidupan orang umumnya.
2. Memperbaiki mood
Berdasarkan sebuah penelitian pada 2011, diketahui responden yang mengalami suasana hati yang tidak bersahabat memang cenderung berbelanja secara impulsif. Kendati begitu, berbelanja membuat mood mereka kembali membaik. Sebanyak 82 responden mengatakan demikian. Mereka juga merasa tidak menyesal berbelanja.
"Terapi berbelanja sangat mengentungkan bila dikaitkan dengan peningkatan mood, tanpa diikuti rasa sesal atau kecewa," ujar Atalay dan Margaret Meloy, pemimpin studi tersebut.
3. Mendukung Proses Pertumbuhan si Kecil
Sebuah studi kolaborasi Oxford University dan Open University, seperi dikabarkan Daily Mail, menyimpulkan, "Dengan berbelanja dari satu tempat ke tempat lain, anak dihadapkan pada lingkungan yang berbeda-beda. Hak tersebut membantu meningkatkan kemampuan motorik dan sosial anak."
Professor Paul Anand dan Dr. Laurence Roope, pemimpin studi tersebut, juga menambahkan semakin sering si kecil terekspos dengan aktivitas berbelanja, semakin bahagia pula perasaan mereka.
4. Meningkatkan Level Dopamine
Sebuah penelitian menunjukkan saat Anda berbelanja dan membeli sesuatu yang Anda inginkan, otak Anda dipenuhi dopamine, salah satu hormon bahagia. "Jika Anda melihat pencitraan otak para shoppers di MRI, terlihat area yang dipenuhi dopamine adalah area yang dibanjiri rasa bahagia saat Anda berhubungan seks," ujar dokter Travis Stork dari program tv The Doctors.
Dengan segala manfaat yang terbukti itu, terapi berbelanja sah saja Anda lakukan. Namun pastikan Anda menyesuaikan dengan isi dompet. Jangan sampai suasana hati kian parah gara-gara Anda jatuh miskin lantaran kalap berbelenja. Idul Fitri sebentar lagi. Yuk berbelanja kebutuhan Lebaran sembari memperbaiki mood! (Daniel Ngantung)