Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Pelesiran ke Flores, Inilah Musik Khas Ndoto, Kuliner dan Ritual Khas Setempat

Pelesiran ke Flores, NTT, inilah musik ndoto, kuliner dan ritual khas setempat yang asyik liburan tak terlupakan.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Pelesiran ke Flores, Inilah Musik Khas Ndoto, Kuliner dan Ritual Khas Setempat
Kompas.com/ Markus Makur
Musik Ndoto dari Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur. 

TRIBUNNEWS.COM -  Kampung Wajo, Desa Wajo, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT menyimpan musik yang sangat unik. Kampung Wajo merupakan kampung adat yang masih mempertahankan musik Ndoto. Dalam bahasa Keo Tengah, Ndoto diartikan bambu. Musik Ndoto adalah musik bambu. Kampung Wajo sudah ditetapkan sebagai kampung wisata karena kekhasan musik Ndotonya.

Dalam festival musik tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang 2013, musik Ndoto meraih juara I. Biasanya,  warga enam suku di kampung tersebut memukul musik Ndoto saat ritual Bhei Uwi (Ubi Uwi) yang dilaksanakan setiap tahun. Ritual Bhei Uwi dipersiapkan selama satu tahun. Enam suku yang menghuni Kampung Wajo yang terletak di daerah perbukitan adalah Suku Embulau, Embumani, Kotomena, Kotoradhe, Jemu Dhedhe Wawo dan Jemu Dhedhe Wena.

Ubi dililit daun pandan oleh anggota suku di Kampung Wajo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Dalam ritual Bhei Uwi, Suku Embulau menyiapkan 24 uwi (ubi), Suku Embumani sebanyak 12 Uwi (Ubi), Suku Kotomena sebanyak 12 Uwi (ubi), Suku Kotoradhe sebanyak 12 Uwi (ubi), Suku Jemu Dhedhe Wawo sebanyak 12 Uwi (ubi) dan Suku Dhedhe Wena sebanyak 12 uwi (ubi).

Demikian dijelaskan Kepala Suku Besar Suku Embulau, Arnoldus Jogo kepada Kompas.com beberapa waktu lalu di Kampung Wajo.

Arnoldus menceriterakan, sebelum wisatawan atau tamu yang diundang menyaksikan puncak upacara Bhei Uwi dengan memukul musik Ndoto, terlebih dahulu dilaksanakan upacara adat di rumah-rumah adat di kampung tersebut.

Berita Rekomendasi

Ubi yang sudah dililit daun pandan dipikul oleh anggota suku di Kampung Wajo,

Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Ada prosesi acara adat yang harus dilalui oleh warga suku di kampung itu diantaranya, pertama, Lhae Mbue, daun kacang dibelah dua atau disobek menjadi dua bagian lalu dioles darah ayam yang usia sedang, baik ayam jantan betina maupun jantan. Daging ayam yang sudah diupacarakan itu dimakan oleh dua orang saja yakni Kepala Suku dan ana susu (keturunan anak sulung).

Larangannya, kaum perempuan dan anak-anak tidak boleh makan, jika makan maka akan terjadi malapetaka. Kedua, Ka Mbue Kaju, makan kacang hijau bersama-sama oleh masing-masing anggota suku di kampung itu atau biasanya disebut perjamuan bersama anggota suku. Saat perjamuan bersama itu dilangsungkan juga dengan ketiga yaitu Weka Waka, bicara bersama dengan memberikan nasehat yang positif kepada warga suku di kampung tersebut.

Ubi diarak ke rumah adat di Kampung Wajo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas