Ekspose Bata Merah Membuat Dapur Jadi Tak Biasa
Dapur tradisional Bali dapat ditata artistik dan unik agar tampak seperti dekorasi ala kafe pizza khas Italia.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Dapur tradisional Bali dapat ditata artistik dan unik agar tampak seperti dekorasi ala kafe pizza khas Italia.Seorang warga Bali asal Kesiman, Denpasar, AA Putu Widiana (41) telah berhasil menerapkannya.
"Mungkin bagi sebagian besar orang, dapur itu biasa saja ya, tidak perlu tatanan khusus. Bagi saya justru menarik kalau bisa dibuat menjadi tidak biasa, tapi tetap hemat," ucap Widiana yang sehari-harinya bekerja sebagai arsitek dan developer belum lama ini.
Cara menyiasatinya, untuk bagian pilar dan dinding dapur, Widiana menggunakan bata merah yang diekspos.
Dijelaskannya, pada umumnya, saat bata-bata merah dipasang, semen tidak akan dikerok karena segera diplester.
Namun, khusus untuk dapurnya, setelah pemasangan batu bata merah, tidak diplester melainkan langsung dikerok dan dirapikan.
"Posisi bata juga dibuat selang-seling, maksudnya agar bisa menopang dan menahan satu sama lain.
Pemasangannya juga harus lurus dan akan lebih kuat," terangnya.
Hasilnya, pilar bata merah itu memberi nuansa beda pada bangunan yang sesungguhnya hanya digunakan untuk dapur. Dekorasinya tampak klasik, sekaligus menggambarkan kesederhaan yang elegan.
Tepat di depan dapur adalah ruang tidur pribadinya. Tidak jauh dari ruang itu digunakan untuk ruang berkumpul keluarga.
Bangunan-bangunan itu memang lebih banyak menggunakan bahan alam, warnanyapun dibuat sealami mungkin.
"Yang lainnya banyak menggunakan paras dan kayu. Jadi biar tidak kontras juga. Saya rasa bata merah yang dieksposlah yang paling pas," tandasnya.
Sementara, untuk bagian dindingnya, tidak semua bagian dipenuhi bata merah, melainkan lebih banyak menggunakan kaca yang lebar dan tinggi.
Isi dan segala aktivitas daur dapat dilihat secara jelas. Begitu juga sebaliknya, orang yang berada di luar bisa langsung terlihat.
Menurutnya, pemasangan kaca itu berguna untuk memberi kesan dapur tampak lebih luas, meskipun sesungguhnya ruang dalamnya tidaklah begitu lapang.
"Dapur itu biar tidak sumpek. Kalau sudah dipasang kaca, kan pandangan mata bisa lebih bebas," jelasnya.
Sebagaimana tradisi di Bali, posisi dapur berada di dekat pintu masuk agar bisa segera menyapa tamu yang bertandang ke rumah.
Selain pemasangan kaca, pada bagian atas dinding luar, juga disediakan beberapa lubang ventilasi berbentuk kotak segi empat.
Bentuk seperti itu biasanya banyak ditemukan di rumah masyarakat pedesaan sebagai tempat keluarnya asap dari tungku perapian.
Widiana memang membuatnya untuk memperlancar sirkulasi udara. Hanya saja cara itu juga digunakannya mempertimbangkan keselamatan.
Mengingat keluarganya kini menggunakan kompor gas yang kemungkinan setiap saat bisa mendatangkan bencana, Widiana telah mencermatinya dari awal.
"Jadi kalau gasnya bocor, akan cepat ketahuan. Baunya kan segera menyebar dari lobang itu. Kita sudah memperhitungkannya sebelum nanti terlambat. Itu penting sekali," tandasnya.
Untuk menghemat pemakaian listrik, Widiana memasang beberapa genteng kaca, sehingga sinar matahari bisa langsung menerangi bagian dapur.
Di samping itu, penggunakan lampupun dapat dikurangi. Ternyata genteng kaca juga memberi efek bayangan gelap pada warna bata merah.
Bata merah yang diekspos tampak lebih gelap dan terkesan begitu alami dan tradisional. (*)