Selebrasi Desainer Didi Budiardjo untuk Museum dan Wastra
Bukan sekedar selebrasi, pameran tersebut sebetulnya menyimpan misi mulia. Didi berharap, Pilgrimage dapat menumbuhkan minat ke Museum.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kamis (15/1/2015) malam, Museum Tekstil berubah wajah. Mulai malam itu, hingga 1 Februari mendatang, museum yang berlokasi di kawasan Tanah Abang tersebut menjadi tuan rumah Pilgrimage, sebuah pameran 25 tahun desainer mode Didi Budiardjo berkarya.
Diresmikan oleh Veronica Tan, istri Gubernur DKI Jakarta, pameran tersebut menampilkan koleksi buah karya Didi sebagai perayaan 25 tahun ia meniti karier sebagai desainer mode.
Bukan sekedar selebrasi, pameran tersebut sebetulnya menyimpan misi mulia. Didi berharap, Pilgrimage dapat menumbuhkan minat masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke museum.
"Seperti diketahui, minat masyarakat Indonesia mengunjungi museum masih sangat kurang. Kali ini saya akan mengajak pengunjung untuk lebih memerhatikan museum kembali dan menikmati benda-benda yang ditampilkannya," ujar Didi yang pernah menggelar peragaan busana di museum tersebut pada 1997 silam.
Supaya misinya tercapai, Didi menggandeng skenografer Felix Tjahyadi sebagai creative director pameran tersebut. Felix yang pernah menyumbangkan idenya untuk mempercantik display butik Hermes di Jakarta, bertanggung jawab untuk mengemas karya Didi menjadi sebuah presentasi dengan permainan audiovisual yang semenarik mungkin.
Dari pernikahan dua talenta artistik ini, jadilah sebuah pameran bergaya kontemporer yang unik dan menakjubkan. Namun tetap sarat akan nilai edukasi, informatif, dan mencerahkan. Sangat sayang bila dilewatkan.
Usai peresmian, Didi langsung mengajak para tamu yang didominasi para sosialita kliennya, sahabat sesama desainer, masuk ke dalam museum.
Memasuki bangunan yang didirikan pada abad ke-19 itu, serasa tidak berada di Museum Tekstil. Dua ruang pamer dengan nuansa berbeda di sisi kiri dan kanan langsung menyambut pengunjung.
Ruangan pertama yang berada di sisi kanan tampil dalam nuansa abu-abu. Bertajuk Atelier yang dalam bahasa Prancis berarti ruang kerja atau studio, ruangan ini memberi gambaran kepada pengunjung tentang tempat Didi berkarya.
Terdapat satu manekin yang menyerupai sosok Didi berdiri di tengah tumpukan buku-buku desain dan sejarah yang menggambarkan kegemaran Didi membaca buku.
Sementara Prelude, ruangan yang berada di sisi kiri, menyuguhkan visualisasi bermulanya sebuah buah karya Didi. Pola-pola pakaian yang membentuk mozaik cantik tampak menghiasi dinding ruangan ini. Tidak ketinggalan sebuah lukisan karya sahabatnya sesama desainer, Sebastian Gunawan, turut mempercantik ruangan ini.
Secara keseluruhan terdapat 14 ruang pameran. Beberapa di antaranya ruangan baru yang dibentuk dengan memasang partisi-partisi temporer. Adapun sejumlah koleksi tetap museum dipindahkan untuk sementara. Lalu sisanya tetap dipajang bila sesuai dengan tema koleksi Didi.
Cerita perjalanan karier desainer kelahiran Malang, 22 November 1970, itu terjalin dari satu ruang ke ruang lainnya. Masing-masing ruangan memiliki keunikannya tersendiri.
Masuk ke ruangan bertajuk Faith, kesan yang timbul seperti berada di kapel. Dua meja penuh lilin kecil berdiri di sisi kira dan kanan. Meja tersebut mengapit tiga gaun pengantin. Dua gaun bersiuet ball-gown yang diambil dari koleksi Reverie (2013) dihiasi foto Bunda Maria di bagian bodice.
Berpindah ke ruang sebelahnya yang bertajuk Orient, pengunjung disuguhi koleksi bernuansa Tiongkok. Di ruangan ini, desainer jebolan LPTB Susan Budihardjo dan Atelier Fleuri Delaporte ingin mengapresiasi budaya nenek moyangnya.
Alunan musik klasik dan new age sesekali menggema di sejumlah ruangan. Pada jamuan malam yang digelar selepas pembukaan di halaman belakang museum, para tamu juga dimanjankan aksi kuartet musik dawai.
Dari gesekan mereka, mengalun Air on the G String karya Bach dan Four Season gubahan Vivaldi. Semuanya adalah musik kesenangan Didi. Ini menjukkan bagaimana musik sangat memengaruhi proses kreatif sang desainer.
Beberapa ruangan lainnya menampilkan koleksi yang membuktikan kemahiran Didi mengolah wastra nusantara menjadi busana-busana modern nan anggun. Beberapa wastra yang diolahnya di antaranya, lunggi sambas, songket bali, batik mega mendung, dan tenun NTT.
Yang menarik, tidak terlihat larangan menyentuh karya-karya masterpiece sang desainer sehingga pengunjung bebas merabanya. Pesan mengenal lebih dekat warisan budaya pun bisa tersampaikan secara maksimal.
Ditampilkan pula kebaya merah-putih yang membaluti tubuh Veronica saat pelantikan suaminya sebagai Gubernur DKI Jakarta, 19 November lalu.
Selain koleksi arsip pribadi, beberapa koleksi pameran juga ia peroleh dari para klien setianya yang meminjamkan busana rancangannya.
Total, ada 70 set busana yang terdiri 300 benda pamer (termasuk aksesori). Ini merupakan benda pamer terbanyak sepanjang sejarah pemeran yang digelar Museum Tekstil.