Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Kebutuhan Anak Harus Dipenuhi, Tapi Tak Semua Keinginannya Harus Dituruti

Bedakan antara kebutuhan dan keinginan anak. Semua kebutuhan anak wajib dipenuhi orangtua, tapi tak semua keinginan dituruti.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Kebutuhan Anak Harus Dipenuhi, Tapi Tak Semua Keinginannya Harus Dituruti
TRIBUNNEWS.COM/ SAPTO NUGROHO
Bedakan antara kebutuhan dan keinginan anak. 

TRIBUNNEWS.COM - Melihat si kecil meminta sesuatu pada Anda dengan mata bulatnya tanpa dosa, senyum manis yang menampakkan rona merah pada pipi tembamnya, dan suara memohon yang menyentuh hati, tentunya Anda tidak tega untuk menolak, bukan? Tanpa pikir panjang Anda pun menjawab, “Ya”.

Seiring waktu, pola anak meminta orangtua memenuhi ini pun menjadi komunikasi rutin sampai usia buah hati terbilang dewasa. Perlu Anda ketahui bahwa gaya mengasuh dan mendidik seperti ini salah dan bisa membahayakan anak.

Untuk itu, para orangtua mesti berhati-hati sebelum terlambat. Sebab, anak yang selalu mendapatkan segala yang mereka inginkan bakal tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki daya untuk berusaha dan tempramen.

Menurut Melisaa Deuter, M.D., orangtua zaman sekarang memiliki pemikiran bahwa kebahagiaan anak merupakan tanggungjawab orangtua. Hal yang demikian memang benar adanya, tetapi apakah saat si anak ingin nilai bagus di sekolah, harus orangtua yang menyelesaikan ujiannya?

“Mengucapkan kata ‘Tidak’ adalah tantangan tersendiri bagi sejumlah orangtua. Sebenarnya, orangtua yang berani menolak merupakan kunci kesuksesan anak di masa mendatang,” terang Deuter.

“Banyak orangtua di sesi konseling keluarga tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan anak. Pendidikan merupakan kebutuhan anak yang patut dipenuhi orangtua, tapi mainan atau busana mahal merupakan keinginan yang tidak selalu harus dipenuhi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Deuter mengisahkan soal salah satu pasiennya yang memiliki anak berpendidikan bagus tapi susah mencari pekerjaan yang layak. Satu tahun setelah lulus kuliah, anak tersebut masih juga bekerja dengan profesi yang sama saat masa sekolah, yaitu pelayan restoran.

BERITA REKOMENDASI

Akhirnya, orangtuanya memberikan bantuan finansial untuk membantu anak membayar sewa tempat tinggal dan makan. Lalu, tiba waktu di mana orangtua merasa sudah tak sanggup lagi melakukan hal tersebut. Apa yang terjadi? Anak hanya bisa mengeluh dan marah saat orangtua memintanya untuk lebih berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik.

Deuter menyarankan bahwa menolak tidak harus dilakukan dengan bilang tidak. Namun, bisa dilakukan lewat cara yang lebih lembut dan menenangkan. Salah satu cara yang dianjurkan Deuter adalah mengatakan:

“Kami terlalu mencintaimu untuk membiarkan kamu begitu saja menghindar dari masalah tanpa berupaya mencari solusi,”

“Kami terlalu mencintaimu untuk membiarkan kamu cepat menyerah, kamu harus menyelesaikan masalah ini tanpa bantuan kami tapi dengan cara kamu sendiri,”.

Sumber : Psychology Today


Tags:
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas