Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Terungkap Alasan Soesilo Toer, Doktor Alumni Soviet, Pilih Jadi Pemulung

Film Dokumenter tentang kehidupan adik dari Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer tersebut akan ditayangkan di Metro TV pada tanggal 31 Oktober 2015

Editor: Sugiyarto
zoom-in Terungkap Alasan Soesilo Toer, Doktor Alumni Soviet, Pilih Jadi Pemulung
TRIBUNJATENG/M SOFRI KURNIAWAN
Soesilo Toer berbicara dalam acara pemutaran dan diskusi film Tinta Perajut Bangsa di kampus Unnes Semarang, Selasa 27 Oktober 2015. 

Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Film berjudul Tinta Perajut Bangsa karya dua mahasiswa Unversitas Negeri Semarang, Visian Pramudika dan Diana Noviana berhasil menjadi finalis Eagle Award Documentary Competition (EADC) 2015.

Film Dokumenter tentang kehidupan adik dari Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer tersebut akan ditayangkan di Metro TV pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 22.30.

"Ide awal film ini adalah datang dari rasa penasaran kami tentang sosok Soesilo Toer yang merupakan doktor dari sebuah Universitas di Soviet, namun hidup di Indonesia sebagai Pemulung," terang Visian dalam kegiatan pemutaran dan diskusi filmnya di Auditorium Unnes, Selasa (27/10/2015).

Dalam diskusi itu, tidak hanya Visian dan Diana yang menjadi pembicara, namun Soesilo Toer juga didatangkan langsung.

Ratusan mahasiswa bahkan dari luar Unnes ikut serta dalam diskusi dan pemutaran film yang berlangsung sekitar dua jam tersebut.

Salah satu peserta, Azka yang datang dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo sempat bertanya langsung kepada Soesilo Toer tentang alasannya mengapa rela menjadi pemulung dengan ijazah nya yang begelar doktor.

Berita Rekomendasi

"Bahkan bapak bisa hidup terjamin di luar negeri dengan itu," tanyanya.

Soesilo Toer yang nampak sudah sedikit lemah di usianya yang kini menginjak 78 tahun bahkan masih sanggup berdiri tegak untuk menjawab pertanyaan Azka.

"Kenapa saya jadi pemulung? Dalam terminologi ekonomi pencipta nilai adalah kaum buruh dan tani, namun mereka selalu tergantung kepada majikan," jelasnya.

Oleh sebab itulah ia memilih pemulung, karena menurutnya hal itu membuatnya menjadi kaum pencipta nilai ekonomi sekaligus tidak menjadi budak kaum lain.

"Pemulung itu bebas, mau kemana saja bisa sesuka hati, pengen makan enak ya kerja keras, pengen makan seadanya ya santai saja," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas